Citraan Dalam Puisi – Sebuah puisi tentu tidak akan terlepas dari imajinasi sang penyair.
Sebagai karya sastra yang memiliki bahasa indah serta pembacaan yang penuh penghayatan, sebuah puisi haruslah mampu mengaduk-aduk perasaan pembacaan.
Salah satu hal yang harus digunakan dalam puisi yaitu citraan.
Citraan sendiri berupa gambaran-gambaran dalam pikiran maupun gambaran angan-angan penyair yang tidak dapat dipisahkan dari imajinatif penyair.
Citraan ini kita rasakan melalui kaitan penggambaran yang dituliskan oleh penyair sehingga kita merasakan suasana yang berusaha digambarkan penyair.
Sebagai gambaran penyair, citraan dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain :
[lwptoc]
1. Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indra penglihatan.
Jenis ini memberi dorongan kepada indra penglihat untuk seolah-olah melihat hal yang sebenarnya tidak terlihat.
Kata-kata yang dapat di gunakan seperti melihat, bak, serupa, bagaikan dan lain sebagainya.
Serupa mawar indah kelopak
Pada rasa engkau bertambat
Mengarung kalbu
Pada gemuruh
(Nur Hafizqi)
2. Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran adalah jenis citraan yang menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan suara.
Jenis ini memberi dorongan kepada indra pendengar untuk seolah-olah mendengar hal yang digambarkan penyair.
Kata-kata yang dapah digunakan seperti dendang, tembang, sunyi, dentum, menyanyikan dan lain sebagainya.
Contoh ;
Malam menyanyikan keheningan
Hingga sayup rembulan memancarkan kenanaran
Disudut kota aku meraung
Menikmati sepi yang menghunus
(Nur Hafizqi)
3. Citraan Perabaan atau Taktil
Citraan perabaan adalah jenis citraan dengan menggunakan kata-kata yang seolah-olah dapat di rasakan oleh kulit.
Kata-kata yang dapat di gunakan seperti panas, dingin, kasar, lembut dan lain sebagainya.
Contoh :
Rambutmu teruntai
Memberi kelembutan pada sang jingga
Memadu indah retina yang tersenyap
Dengan kepung awan sore aku tertawan
(Nur Hafizqi)
4. Citraan Penciuman
Citraan penciuman adalah jenis citraan yang berhubungan dengan indra penciuman.
Saat mendengarkan atau membaca puisi kita akan menemukan kata-kata yang terhubung dengan indra penciuman kita.
Kata-kata yang di gunakan seperti bau, mencium dan lain sebagainya.
Contoh :
Kekasih
Perlahan tubuhmu menguapkan bau tanah
Tak lagi mampu kugenggam jemarimu
Tanah telah meremahnya hingga terurai
(Nur Hafizqi)
5. Citraan Pengecapan
Citraan pengecapan adalah jenis citraan yang terhubung dengan indra perasa.
Dalam hal ini penyair menggunakan kata-kata perasa seperti pedas, asin, manis, enak, nikmat dan kata perasa lainnya yang di tuliskan dalam puisinya.
Contoh :
Sepi ini hanya dapat kunikmati
Bersama angin yang menusuk hingga kerelung
Juga kalbu yang mengaung serta tergigit
Kini hanya sepi yang menemani
(Nur Hafizqi)
6. Citraan Gerak
Citraan gerak adalah penggunaan kata-kata yang dapat membuat perasaan seolah-olah sesuatu mengalami pergerakan maupun menggunakan bentuk gerakan pada umumnya.
Contoh :
Bagai menceburkan diri kedalam laut luas
Diriku basah kuyup oleh luka yang kau tanam
Tak tau barang berteguk dengan obat penawar
Naas dihalang duka meradang
(Nur Hafizqi)
7. Citraan Perasaan
Citraan perasaan adalah penggunaan kata dalam puisi yang menggambarkan perasaan penyair.
Pemilihan kata yang digunakan akan membawa pembaca seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan penulis lewat puisinya.
Perasaan yang disampaikan seperti perasaan sedih, gembira, marah, cemas, ketakutan, kesepian, pilu dan perasaan lainnya.
Contoh :
Lagu sedih ini
Kugaungkan untuk dikau yang terkasih
Mengharap balas tertenun
Namun pilu yang mengunjung
(Nur Hafizqi)
8. Citraan Intelektual
Citraan intelektual adalah jenis citraan yang diciptakan oleh para perkumpulan intelektual.
Contoh :
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardo)
Dalam penulisan puisi seorang penyair harus menggunakan salah satu dari pencitraan yang ada sehingga dapat mendekatkan perasaan pembaca dengan suasana yang ingin didapatkan dalam puisi tersebut.
Bahkan tidak jarang dalam sebuah puisi seorang penyair akan menggabungkan dua pencitraan hingga lebih untuk mendapatkan penyampaian pesan yang sempurna dalam suatu puisi.
Bahkan dalam membacakan puisi di depan umum sangat di butuhkan kemampuan membawaan pencitraan yang ada dalam puisi.