9 Unsur Intrinsik Puisi Ini Wajib Kamu Ketahui Para Pecinta Sastra

Unsur Intrinsik Puisi – Menurut KBBI puisi adalah ragam jenis sastra yang bahasanya terikat oleh rima, matra, irama, serta penyusunan larik dan bait.

Puisi sendiri tidaklah dituliskan sembarangan, harus memperhatikan banyak hal seperti pesan yang ingin disampaikan penulis, pemilihan kata, penggunaan citraan serta jumlah baitnya.


Unsur Intrinsik Puisi Beserta Pengertian dan Contohnya

Selain aturan dalam penulisannya, puisi juga terdiri dari beberapa bagian unsur yang terbagi menjadi unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Namun, pada tulisan kali ini kita akan membahas tentang unsur-unsur intrinsik puisi yang terdiri dari beberapa macam yaitu:

[lwptoc skipHeadingLevel=”h2″]

1. Tema

Tema adalah isi makna yang terkandung dalam puisi.

Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa baik tidaknya puisi dapat dipengaruhi dari tema yang dipilih.

Contoh :

Kulihat Wajah Malaikat

Kucium seuntai tangan yang selalu menyapu lembut helai rambutku
Kulihat wajah malaikat dalam raut wajahnya
Peluk hangatnya selalu mencipta damai
Alun doanya selalu mengiring hentak langkahku
Ingin ku cengkram cangkrawala
Menghadiakan semesta dalam pangkuannya
Namun lagi-lagi aku mengecewakannya
Banyak hal yang dengan tulus dihadiahkannya
Banyak hal yang belum mampu ku hanturkan teruntuknya
Kini terlunas sudah rindu sendu yang menghujan
Kusembahkan bakti tulusku untuknya
Teruntuk permata terindah dalam urutan kisahku
Panutan santun tingkah hidupku
Penopang lelah dalam juta giatku
Kepulangan ternyenyak dalam berjuta singgahan

(Nur Hafizqi)

Medan, 29 Desember 2017

Puisi di atas bertema tentang seorang ibu.

Sehingga seluruh baris yang ada pada puisi menggambarkan gambaran ibu sang penulis.

2. Nada

Nada dalam suatu puisi dapat diartikan sebagai suasana hati penulis.

Penggunaan nada dalam sebuah puisi antara lain : nada tinggi untuk menggambarkan kemarahan, nada rendah untuk menggambarkan kesedihan dan nada lainnya.

Contoh :

Di Negeri Amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya “malu”
Samson tersipu – sipu, rambut keramatnya ditutupi topi “rapi – rapi”
david coverfil dan rudini bersembunyi “rendah diri” entah, andai Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

amplop – amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur
Hal – hal yang tak teratur menjadi teratur
Hal – hal yang teratur menjadi tak teratur
Memutuskan putusan yang tak putus
Membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop – amplop menguasai penguasa
dan mengendalikan orang – orang biasa
amplop – amplop membeberkan dan menyembunyikan
mencairkan dan membekukan
mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa nafsu
Orang sakti bisa mati
Di negri amplop, amplop – amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja

A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Dalam contoh puisi di atas, kita dapat melihat penggunaan kata-kata sindiran saat dibacakan.

Puisi tersebut menggunakan nada kesal yang di ungkapkan oleh penulisnya.

Penulis menggambarkan segalanya dapat menjadi terbaik dengan adanya sogokan yang digambarkan dalam bentuk uang di dalam amplop.

3. Rasa

Rasa dalam unsur intrinsik puisi artinya penyampaian perasaan dalam puisi, harus dapat mempengaruhi suasana hati pembacanya.

Puisi dengan keberhasilannya dalam mempengaruhi perasaan pembaca akan membuat puisi tersebut memiliki banyak penikmat dan popularitasnya tetap bertahan sepanjang zaman.

Contoh :

Penantian

Malam kembali menawan rinduku
Upacara penyambutan sendu telah memainkan alunannya
Komando pemimpin menyeru padaku melupakanmu
Sejenak lamunku tertunda, bayangmu hadir menyapa

Rindu-rindu yang kubangun perlahan luluh
Bagai kastil tak berpondasi semua runtuh
Aku ragu menyeruak sepi, namun batin tak lagi utuh
Apa yang kau cari lagi dipenghujung sana, tak cukupkah?

Sudahkah nafsu ingin berpulang hadir?
Atau barang bersinggah melepas dahaga
Ada tanya yang ingin dibincang, jawab ternanti bagai pelipur
Pulanglah, kan kusaji segelas kopi dan kata cinta

Aku tak pernah handal merayu
Bukan bual atau sanjung yang ku saji, ini hanya kata rindu
Adakah lagi yang paling kau nanti kekasihku
Sini, kan ku sajikan jamuan-jamuan kematian yang menyayat hatimu

(Nur Hafizqi)

Balimbingan, 16 Januari 2019

Pada puisi di atas mengungkapkan perasaan rindu dari menunggu yang digambarkan penulis.

Ungkapan tersebut dapat mempengaruhi pembaca, untuk merasakan pilu yang dirasakan oleh penulis melalui puisinya.

4. Amanat

Amanat adalah pesan yang terdapat dalam puisi.

Sebuah puisi yang baik, haruslah mengandung nilai kebaikan serta mampu mengajak pembacanya pada kebaikan.

Sebuah puisi juga harus mampu memberikan kesan pada pembacanya.

Contoh :

Nuansa 2019

Senduh yang tersirat tahun lalu ku harap ia sudih teranjak
Bersama hari yang turut terganti dalam tahun
Resah gersang yang memudar
Ku harap lekas menyubur

Aku ingin menjadi penikmat hari yang ceria
Tanpa mendung, juga resah dalam kalbu
Aku ingin mewujud mimpi dalam cita yang kuurai
Menaiki tangga pertanda mimpi telah usai

Aku ingin menuai suka
Pertanda duka telah meredup dalam sinarannya
Aku ingin
Hari-hari diisi sorakan kegembiraan tanpa menyeduh kesenduhan dalam perjalanannya

(Nur Hafizqi)

Balimbingan, 04 Januari 2019

Puisi di atas memberikan amanat bahwa hal buruk yang terjadi pada tahun lalu cukuplah di jadikan sebagai pengalaman dan proses pembelajaran.

Setelah mengalami keterpurukan, seseorang haruslah bangkit dan tetap ceria serta kembali berbenah untuk melanjutkan perjuangan meraih cita-citanya.

5. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata yang digunakan dalam puisi.

Diksi dalam puisi dapat berupa kata-kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun kata-kata yang jarang digunakan sehari-hari, tetapi tetap memiliki makna yang mendalam pada sebuah puisi.

Contoh :

Pahlawan Lingkungan

Ayo, pergi denganku. Akan kubawa pada hal baru
Udara dingin mulai menyapu wajahku
Kerlap kerlip lampu pinggir jalanpun mulai menawan fokus retinaku
Begitu kontras spektrumnya dengan latar hitam langit
Kami berhenti disudut jalan lelaki tua itu mulai mengaisi tempat pembuangan
Apa yang dilakukannya?
Membantu si malas membuangkan kotorannya!

(Nur Hafizqi)

Balimbingan, Januari 2019

Kata-kata pada puisi di atas merupakan kata-kata yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tetap memiliki makna tersendiri pada puisi.

Misalnya penggunaan kata “lelaki tua” digunakan untuk menggambarkan seorang kakek yang mencari barang bekas di tempat pembuangan sampah.

Atau dapat juga diartikan sebagai petugas kebersihan yang sudah tua, yang mengangkati sampah dari rumah-rumah warga ke tempat pembuangan akhir.

6. Majas

Majas adalah gaya bahasa dalam puisi.

Contoh :

Setapak Langkahmu itu Kenangan

Hidupmu adalah rotasi dirimu
Selalu berputar
Mendatangi dan meninggalkan cercahan rasa dalam kalbu
Memulai atau meniadakan adalah maumu
Sebab setapak langkahmu itu kenangan
Kenangan yang tersimpan rapi sebagai prasasti alurmu
Dirimu adalah pemilih takdir atas alur hidupmu
Menjadi yang tersanjung
Menjadi yang terbelatih
Itu keputusanmu
Hidupla pada alur yang kau pilih
Sebab kehidupan takkan menantimu yang hanya diam tersendu

(Nur Hafizqi)

Deli Serdang, 04 Mei 2018

Puisi diatas menggunakan majas hiperbola, sebab penulis menggambarkan secara berlebihan tentang pengaruh diri sendiri sebagai pengatur semua yang akan terjadi pada dirinya.

7. Irama

Irama adalah suasana hati sang penyair yang digambarkan dalam puisinya yang disampaikan dalam ritme berpola.

Irama juga dapat diartikan sebagai tinggi atau rendahnya nada dalam puisi.

Contoh :

Riang tawamu masih terdengar nyata pada cela ditelingaku
Gambar kertas biru itu masih menceritakan janji yang lalu
Menarasikan mimpi yang dahulu kita yakini bersama
Memutar memori pada kebersamaan yang lampau

(Nur Hafizqi)

Dalam puisi di atas, irama pembaca tetap yaitu tidak mengalami berubahan nada yang drastis sebagai ungkapan makna puisi.

8. Imajinasi

Imajinasi dalam puisi adalah gambaran imajinasi penulis.

Penulis dapat seolah-olah melihat, mendengar maupun merasakan suatu hal yang terdapat dalam puisi.

Contoh :

Pesonamu

Melihatmu melambai di jemuran pelukismu
Mengundang kagumku pada elok paras anggunmu
Menjuntai memamerkan gemerlap warna serta motifmu
Menunjukkan agung pelukismu
Pesonamu ciri khas bangsaku
Lembut sapuanmu membaluti raga-raga kartini muda
Menambah deret kekayaan warisan negaraku
Kan ku jaga dan ku lestarikan engkau
Wahai permata satuan benang warisan leluhurku

(Nur Hafizqi)

Deli Serdang, 21 Oktober 2017

Pada puisi di atas, kain batik diimajinasikan seolah-olah hidup.

Kalimat “melihatmu melambai di jemuran pelukismu” menggambarkan kain batik yang dijemur pengrajin batik seolah-olah hidup dan bergerak.

9. Rima

Rima dalam puisi adalah bunyi pada baris puisi

Rima puisi memiliki pola yang membuat akhiran kata pada satu baris sama dengan kata akhir pada baris lainnya.

Contoh :

Bukan kami lupa mengagungkan bahasamu leluhur suku
Bukan kami enggan menyuarakan bahasa kesukuan kami
Ini abdi kami yang tak turut sumpah pemuda masa itu
Ini aksi kami melestarikan sumpah pemuda yang penyuaranya kini tak muda lagi

(Nur Hafizqi)

Puisi diatas menggunakan rima berpola a-b-a-b dimana huruf akhir pada baris 1 dan 3 sama, begitupun dengan baris 2 dan 4.

Itulah penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam puisi.

Scroll to Top