Jenis jenis ukara dalam bahasa Jawa masuk dalam bab paramasastra. Ada yang tahu apa itu paramasastra?
Paramasastra adalah ilmu yang mempelajari tentang kata, suku kata, kalimat dan huruf.
Seperti yang saat ini akan di pelajari yaitu pembahasan mengenai ukara(kalimat) sambawa, artinya kamu sedang belajar paramastra.
Karena materi ini masuk dalam kurikulum pendidikan Bahasa Jawa, maka simak materi berikut ini dengan baik ya.
Pengertian Ukara Sambawa
[su_note note_color=”#f6e774″ radius=”1″]Ukara sambawa yaiku jenis ukara sing isine seumpama, sandyan lan pangarep-arep.[/su_note]
Ukara sambawa adalah jenis ukara yang berisi tentang pengandaian, harapan atau keinginan.
Seringkali kita berucap ketika mengharapkan suatu kejadian dan memgandai-andai tentang peristiwa.
Misalnya ketika bangun kesiangan sehingga terlambat untuk ke sekolah. Dari kejadian itu kita berandai-andai dengan harapan “Seandainya/ seumpama bangun pagi, pasti tidak terlambat ke sekolah”.
Nah, kalimat di atas adalah contoh ukara sambawa yang bermakna pengumpamaan dengan berandai-andai.
Jika di tinjau lebih dalam lagi, jenis ukara ini sekilas mirip dengan ukara sananta. Yaitu sama-sama berisi keinginan dan harapan, namun ukara sambawa memiliki ciri khusus.
Ciri ciri ukara inilah yang menjadi perbedaan ukara sambawa lan ukara sananta.
Agar lebih muda mengetahui perbedaan ukara sambawa dan ukara sananta, simak ciri-ciri ukara sambawa berikut ini.
Ciri Ciri Ukara Sambawa
Berikut cirinya:
- Umumnya menggunakan kata-kata muga-muga (semoga), saumpama (seandainya), senadyan (meskipun).
- Menggunakan tembung lingga yang mendapat imbuhan: a, dak-a, kok-a, dak-ana, kok-ana, lan di-ana.
- Biasanya di tandai dengan menggunakan tandha pakon (tandha seru (!))
- di ucapkan dengan datar.
Baca Juga : Ukara Tanggap Yaiku
Contoh Ukara Sambawa
Ukara sambawa memiliki beberapa arti seperti berikut ini dan contohnya:
Pertentangan
Ukara sambawa yang memiliki arti pertentangan yaitu senajan. Senajan artinya meskipun atau walaupun.
Contoh ukara:
[su_note note_color=”#f6e774″ radius=”1″]Udan kaya apa wae, ibu tetep tindak peken (Hujan bagaimana saja, ibu tetap pergi ke pasar)
Panambang -a ing tembung udana tegese senajan udan, podo kara ukara “Sanajan udan kaya apa wae, ibu tetep tindak peken“.
(Akhiran -a pada kata “udana” artinya “senajan udan/ meskipun hujan” sama dengan kalimat “Meskipun hujan bagaimana saja, ibu tetap pergi ke pasar“)[/su_note]
Contoh lain :
- Bagusa wajahe, yen ora becik ya gawe opo. (Meskipun bagus wajahnya jika tidak baik ya untuk apa)
- Diwenehana sandal apik ya ora tau dianggo. (Meskipun di beri sandal bagus ya tidak pernah di pakai)
- Bagusa kae yen ora gellem kerja ya ra seneng aku. (Meskipun bagus kalau tidak mau kerja ya aku tidak suka)
- Budhala isuk aku tetep kepancal bis. (Meskipun berangkat pagi aku tetap ketinggalan bus)
- Isuka kae ora ana wong liwat, aku ya ora liwat sisan. (Meskipun pagi tidak ada orang yang lewat, aku ya tidak berani lewat sana juga)
- Adusa ping telu yen ora ngganggo sabun ya awake ora resik. (Meskipun mandi sampai tiga kali jika tidak memakai sabun ya badannya tidak bersih)
- Tinangisana nganthi semaput, dheweke ora bakal urip. (Meskipun menangis sampai pinsang, dia tidak akan hidup)
- Udana deres aku tetep sida lunga nang Bandung . (Meskipun hujan deras aku tetap pergi ke Bandung)
- Turua kawit isuk aku tetep ngantuk. (Meskipun tidur dari pagi aku tetap ngantuk)
- Diombènana obat panas ya ora mudun panase. (Meskipun minum obat penurun panas ya tidak turun panasnya)
- Muraha beras yen ora nyekel dhuwit ya ora tuku beras. (Meskipun beras murah kalau aku tidak pegang uang ya tidak beli beras )
Baca Juga : Ukara Tanduk
Harapan
Ukara sambawa yang memiliki arti sebagai harapan biasanya menggunakan kata-kata muga-muga artinya semoga.
Contoh ukara:
[su_note note_color=”#f6e774″ radius=”1″]Menanga sing nganggo klambi kuning.
Panambang -a ing tembung menanga tegese muga-muga menang podo karo ukara “muga-muga menang sing nganggo klambi kuning”.
(Akhiran -a pada kata “menanga“ artinya “muga-muga menang/ semoga menang” sama dengan kalimat “Semoga menang yang memakai baju kuning“)[/su_note]
[su_note note_color=”#f6e774″ radius=”1″]Turaha sanguku mengko.
Panambang -a ing tembung turaha tegese muga-muga turah podo karo ukara “muga-muga turah sanguku mengko”.
(Akhiran -a pada kata “turaha“ artinya “muga-muga turah/ semoga lebih” sama dengan kalimat “Semoga lebih uang sakuku nanti“)[/su_note]
Contoh lain :
- Panasa, seragamku ben ndang garing. (Semoga panas, seragamku supaya cepat kering)
- Udana, tanduranku ben urip. (Semoga hujan, tanamanku supaya hidup)
- Sikilku ndang maria, supaya aku bisa dulin maneh. (Semoga kakiku segera sembuh, supaya aku bisa bermain lagi)
- Digawakna semangka legi, kena kanggo tamba ngelak. (Semoga di bawakan semangka yang manis, supaya bisa mengobati dahaga)
- Udana sing dêrês! (Semoga hujan deras)
- Budhala kerja isuk-isuk muga-muga oleh rejeki sing akeh! (Berangkat kerja pagi-pagi, semoga mendapat rejeki yang banyak)
- Diparingana slamet anggone lunga supaya enggal ketemu dulur. (Semoga di berikan keselamatan selama perjalanan supaya segera bertemu saudara)
- Turua sing anteng supaya awake ora loro. (Semoga bisa tidur dengan tenang supaya badanku tidak sakit )
Pengumpamaan
Ukara sambawa yang memiliki makna pengumpamaan biasanya menggunakan kata-kata umpama artinya seumpama.
Contoh ukara:
[su_note note_color=”#f6e774″ radius=”1″]Duwea dhuwit aku ya wis tuku mobil.
Panambang -a ing tembung duwea tegese umpama duwe dhuwit podo karo ukara “umpama duwe dhuwit aku ya wis tuku mobil”.
(Akhiran -a pada kata “duwea“ artinya “umpama duwe dhuwit/ seumpama punya uang” sama dengan kalimat “Seumpama punya uang aku pasti sudah beli mobil“)[/su_note]
[su_note note_color=”#f6e774″ radius=”1″]Pintera aku ya wis ora takon jawaban marang kowe.
Panambang -a ing tembung pintera tegese umpama pinter podo karo ukara “umpama pinter aku ya wis ora takon jawaban marang kowe”.
(Akhiran -a pada kata “pintera“ artinya “umpama pinter/ seumpama pintar” sama dengan kalimat “seumpama pintar aku sudah pasti tidak tanya jawaban ke kamu”)[/su_note]
Contoh ukara sambawa tegeses umpama yang lain:
- Duwea sangu aku wingi tekan Yogyakarta. (Seumpama punya uang saku, aku kemarin sudah samai Yogyakarta)
- Sugiha dhuwit aku rak wis tuku tanah (Seumpama kaya, aku pasti sudah beli tanah)
- Budhala esuk aku mau ora kepancal sepur. (Seumpama berangkat pagi, aku tidak akan ketinggalam kereta)
- Dikancanana aku mau sida budhal saiki. (Seumpama di temani, aku jadi berangkat sekarang).
- Budhala dhisik, aku ora sida ketinggalan angkot. (Seumpama berangkat dulu, aku tidak jadi ketinggalan angkot)
- Udana deres, aku malah ora sida lunga. (Seumpama deras, aku malah tidak bisa pergi)
- Turua kawit isuk, aku ora kudanan nganti lara. (Seumpama tidur dari pagi, aku tidak akan kehujanan sampai sakit)
- Udana kawit esuk , aku malah ora sida budhal menyang Cirebon. (Seumpama hujan dari pagi, aku tidak jadi pergi ke Cirebon )
- Akonana luputmu, kowe mau ora nganti didukani. (Seumpama mengakui kesalahanmu, kamu mungkin tidak di marahi).
Nah itulah pembahasan mengenai ukara sambawa dan contohnya. Semoga bermanfaat.