Puisi Pagi Hari – Apa yang terlintas dalam benakmu saat bangun tidur di pagi hari?
Pernahkah kamu merasa gelisah, gundah gulana hingga tidak bersemangat di pagi hari?
Pagi hari adalah awal bagi kita untuk memulai aktivitas dalam hidup kita.
Perlu kita pahami saat masih mampu terbangun, kita masih diberi kesempatan untuk kembali menikmati kehidupan.
Puisi Pagi Hari Singkat yang Indah
Saat pagi yang cerah kita masih santai dengan suasana lingkungan yang menyejukkan dan menenangkan.
Akan amat cocok jika ditemani beberapa puisi yang menggambarkan suasana pagi hari.
Barang kali kita akan diajak untuk berkhayal atau bahkan lebih bersyukur tentang kehidupan kita?
Lalu, puisi seperti apa yang cocok untuk dibaca menemani kegiatan santai kita?
Artikel ini siap memberimu jawaban, penyajian puisi dengan bahasa sederhana serta dilengkapi oleh makna tentu akan semakin mempermudah kamu dalam memahami puisi berikut.
[lwptoc skipHeadingLevel=”h2″]
Pesan Pagi
Pada pagi yang membiru
Kita beradu
Mengalun rindu
Bagai bersyahdu
Puan merindu
Raga mengambigu
Pulanglah, hati mengundah rindu
(Nur Hafizqi)
Untuk pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan tentu sangat ingin untuk berlama-lama bersama.
Namun, rutinitas pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan membuat pasangan harus terpisahkan oleh jarak.
Suasana pagi hari dipilih penulis sebab umumnya orang-orang akan bepergian bekerja pada waktu tersebut.
Selain menyampaikan kerinduan, puisi ini juga berisi harapan agar pasangan segera kembali.
Pada puisi di atas kita juga dapat melihat penggunaan pola rima a – a – a – a yang tampak pada huruf akhir setiap baris puisi.
Barang kali, puisi ini cocok untuk kamu selipkan pada bekal makanan pasanganmu yang hendak pergi meninggalkanmu bekerja.
Bait Hari
Pada langit yang semakin membiru
Gugur daun telah mengembus
Pertanda musim telah terganti
Pertanda dikau tetap ternanti
Pada hari dimana cerah menyengat retinaku hingga terkedip
Namun yang terhati tetap saja ternanti
(Nur Hafizqi)
Suasana pagi hari tampak pada penggunaan kalimat “Pada langit yang semakin membiru” yang dipilih penulis.
Selain itu, puisi di atas juga berisi penantian panjang yang dilalui penulis.
Penantian panjang tersebut digambarkan oleh perubahan musim yang terjadi dimana kalimat “Gugur daun telah mengembus” menggambarkan telah tibanya musim kemarau.
Secangkir Kopi Susu
Selamat pagi,
Kelopak tadinya terkuncup kini telah merekah
Tersaji secangkir kopi susu di atas meja
Aku menyecap dalam pandang peraduan denganmu
Mencari celah pijakan bibirmu untuk menetap
Ya, kita berpagut dalam ruang cangkir hijau yang sama
(Nur Hafizqi)
Pagi hari memang akan terasa sangat nikmat jika ditemani secangkir kopi susu.
Tidak hanya itu, pertemuan pagi hari dengan sang pasangan juga menjadi hal yang menyenangkan.
Puisi di atas berisi ungkapan kegembiraan penulis.
Dalam puisi di atas juga disampaikan bahwa memberikan waktu santai pagi hari untuk menikmati kopi susu dengan pasangan dapat menjaga keharmonisan hubungan.
Hal tersebut digambarkan pada penggunaan kalimat “Aku menyecap dalam pandang peraduan denganmu” dan kalimat “Mencari celah pijakan bibirmu untuk menetap”.
Bagaimana, apa kamu sedang berpikir untuk menghabiskan waktu bersantai pagi hari dengan pasanganmu?
Rindu Terbatah #1
Lembayun pagi mengundang cakrawala
Membawa angan, serta asa
Sejuk semilir menerpa raga
Terkatup kalbu membawa rindu
Pada dikau, kekasihku
Pulangla untukku! Teriakku
(Nur Hafizqi)
Pagi hari memang sangat cocok digambarkan dengan kesejukan, semangat serta harapan baru.
Begitupun pada puisi di atas, mengandung ungkapan kerinduan dan harapan agar sang pujaan dapat segera kembali.
Suasana pagi hari digambarkan penulis sebagai waktu yang dapat membawa semangat baru.
Hal tersebut tampak pada kalimat “Lembayun pagi mengundang cakrawala” dan kalimat “Membawa angan, serta asa”.
Bagaimana dengan pagimu saat ini?
Sudahkah kamu bersemangat?
Kasih Tanpa Raga
Ku sambut pagi dalam kicau kendaraan yang berlalang
Tak ada keheningan disini
Semua riuk meniadakan sepi
Namun jiwa meringis rindu yang tersayang
Ingin ku tinggalkan semua angan
Saat kasih mereka tak disertai kunjungan raganya dalam hariku
Ntah mengapa riuk disini menyisa sepi kalbu
Ingin aku segera pulang saja
Kembali menjadi putri kecil mereka
Menjadi gadis kecil yang selalu disanjung berjuta cinta
Dari pencinta setulus yang tertulus
Merasakan kasih dalam peluk kedua raga
Oh ayah
Oh ibu
Terimakasih untuk kasih yang selalu kunanti jumpanya
(Nur Hafizqi)
Berbeda dengan puisi sebelumnya, pada puisi di atas suasana pagi hari digambarkan sebagai suasana yang ramai dengan banyaknya kendaraan.
Hal tersebut menggambarkan kehidupan di perkotaan.
Puisi di atas menggambarkan ungkapan kerinduan yang dirasakan seorang gadis pada orang tuanya saat suasana pagi hari.
Selain kerinduan, puisi di atas juga berisi pujian tentang bagaimana besarnya gadis tersebut disayangi oleh orang tuanya.
Ungkapan itu tampak pada menggunaan kalimat “Menjadi gadis kecil yang selalu disanjung berjuta cinta”, “Dari pencinta setulus yang tertulus”, dan kalimat “Merasakan kasih dalam peluk kedua raga”.
Pejuang Nafkah
Pada pagi yang tercekam gulita
Sayup masih mendayu dalam buaian
Sang fajar tergegas merangkak
Menyusuri dedaunan kering
Berharap pulang membawa sesuap nasi
(Nur Hafizqi)
Puisi di atas berisi harapan yang begitu berarti bagi kehidupan.
Pagi hari memang sangat erat hubungannya dengan harapan memperoleh lebih banyak rezeki.
Sehingga pada puisi di atas kita dapat menangkap gambaran seseorang yang sudah pergi bekerja saat waktu masih amat pagi, bahkan terlalu pagi untuk melihat sinar matahari.
Dari beberapa puisi di atas kita dapat melihat bahwa kehidupan seseorang dalam menyambut pagi hari tidaklah selalu sama.
Ada yang bersantai untuk menikmati rindu namun ada yang justru sibuk bekerja.
Untuk itu, nikmati dan syukurilah posisi yang Tuhan berikan untukmu sebab tanpa kamu sadari, segala hal yang terjadi di dalam kehidupanmu adalah anugerah yang barang kali orang lain impikan untuk terjadi di dalam kehidupannya.