Cerita rakyat Roro Mendut atau Rara Mendut terbilang cerita yang cukup melegenda.
Kisah ini menceritakan tentang seorang wanita sangat cantik yang di kagumi banyak orang.
Tak secantik wajahnya, kisah hidup Roro Mendut tidak berakhir bahagia.
Ceritanya terbilang cukup tragis sebab di akhir hayatnya dia memutuskan untuk bunuh diri.
Nah, kira-kira apa yang membuat Rara Mendut memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri?
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya sehingga menjadi legenda? Simak ceritanya berikut ini.
Cerita Rakyat Roro Mendut
Zaman dahulu di wilayah Kesultanan Mataram yang di pimpin Sultan Agung, ada desa nelayan bernama Teluk Cikal.
Di desa tersebut ada seorang gadis cantik rupawan anak dari nelayan yang bernama Roro Mendut.
Selain cantik rupawan, Roro di kenal sebagai gadis yang teguh pada pendiriannya.
Teryata gadis cantik ini sudah memiliki kekasih yang tampan dari desa seberang. Kekasih Roro bernama Pranacitra, anak dari Nyai Singabarong yang kaya raya.
Meskipun sudah memiliki kekasih, banyak pria yang masih berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Bahkan banyak juga pria yang melamar Roro.
Namun, Roro dengan tegas menolak lamaran para pria yang menyukainya.
Dengan lantang Roro menyatakan bahwa dia sudah memiliki kekasih dan menutup pintu hati untuk pria lain.
Adipati Pragolo II Melamar Roro Mendut
Seiring berjalannya waktu, kecantikan Roro Mendut terdengar oleh penguasa Kadipaten Pati.
Nama penguasa tersebut adalah Adipati Pragolo II, dia berencana menjadikan Roro sebagai selirnya.
Tanpa mengulur waktu, sang Adipati langsung melamarnya. Namun dengan tegas Roro menolak lamaran penguasa Kadipaten Pati.
Rara Mendut tetap setia mencintai kekasihnya yang tampan. Meskipun di lamar sang penguasa, dia tetap tidak tertarik.
Sang Adipati tidak menyerah, dia terus menerus datang ke tempat tinggal Rara untuk membujuknya menjadi selir.
Namun, berkali-kali juga Rara Mendut menolak lamaran sang Adipati.
Roro Mendut Diculik
Hingga suatu hari, Pranacitra kekasih Rara kesal karena sang Adipati terus menerus mengganggu kekasihnya.
Tanpa rasa takut, dengan lantang Pranacitra menantang sang Adipati bertarung dengannya.
Adipati marah dengan tantangan yang di berikan Pranacitra dan meminta pengawalnya untuk menculi Roro Mendut.
Di waktu pagi ketika Roro yang cantik sedang menjemur ikan asin, pengawal Adipati datang, sambil berkata:
[su_note]”Hei gadis cantik, kamu harus ikut kami sekarang juga ke Keraton!” Seru salah satu pengawal Adipati.
“Dasar pengecut, melawan kekasihku saja tidak berani! Tak sudi aku ikut ke Keraton dan menjadi selir Adipatimu!” Ucap Roro dengan suara lantang dan berani.
“Tugas kami adalah membawamu ke Keraton! Kami akan membawamu secara paksa ke Keraton”. Jawab sang pengawal sambil menarik tangan Roro dengan kasar.
“Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku tidak akan pernah mau menjadi selir Adipatimu!”. Teriak Roro sambil meronta-ronta kesakitan karena di bawa secara kasar.[/su_note]
Pengawal Adipati membawa Roro dengan paksa, mulutnya di bekap dengan kain sehingga tidak bisa berteriak.
Tangannya terus di tarik dengan kasar dan di paksa untuk naik kereta kuda.
Terjadi Keributan di Kadipaten Pati
Ketika tiba di Keraton, Roro Mendut di pingit dalam Puri Kadipaten Pati.
Disana Roro di jaga oleh seorang dayang bernama Genduk Duku dan Ni Semangka.
Selama Roro di pingit, di dalam Kadipaten Pati sedang terjadi keributan. Sultan Agung menuding Adipati Pragolo II sebagai pemberontak.
Alasannya karena sang Adipati tidak membayar pajak atau upeti pada Kesultanan Mataram. Karena itu, Sultan Agung menyerang penguasa Kadipaten Pati.
Namun, Sultan Agung tidak dapat menyerang Adipati Pragolo II karena di sedang menggunakan baju zirah atau kere waja.
Baju zirah sang Adipati terkenal sakti karena dapat menangkal berbagai serangan dari senjata apapun.
Ki Nayadarma sang abdi pemegang payung Sultan yang mengetahui hal ini segera mengambil tindakan.
[su_note]”Gusti Prabu, izinkanlah hamba untuk menghadapi Adipati Pragolo II. Berhadapan dengan dia bukan hal mudah karena Adipati mengenakan baju zirah”. Permintaan Ki Nayadarma pada Sultan Agung.
“Baik abdiku, aku mengizinkanmu menghadapi Adipati Pragolo II. Tolong bantu aku untuk mengalahkan sang pemberontak ini”. Jawab sang Sultan.[/su_note]
Dengan menggunakan tombak pusaka Baru Klinting, Ki Nayadarma menyerang Adipati Pragolo II. Namun, sang Adipati masih dapat menangkal serangan Ki Nayadarma.
Ketika Adipati Pragolo II sedang lengah, Ki Nayadarma dengan sigap menyerang bagian tubuh Adipati yang tidak di lindungi baju zirah.
Ki Nayadarma menyerang Adipati menggunakan tombak pusaka Baru Klinting. Saat itu juga Adipati Pragolo II tewas di tangan Ki Nayadarma.
Roro Mendut Ingin Dijadikan Selir Tumenggung Wiraguna
Setelah pertarungan antara Keraton Mataram dengan Kadipaten Pati yang menewaskan Adipati Pragolo II.
Prajurit Mataram segera merampas harta Kadipaten Pati dengan menggeledah seisi istana. Prajurit tersebut di komandani panglima perang Keraton Mataram yaitu Tumenggung Wiraguna.
Ketika menggeledah Kadipaten Pati, Tumenggung Wiraguna menemukan Roro Mendut di Puri Kadipaten Pati.
Seketika itu, pada pandangan pertama sang panglima langsung jatuh hati pada Roro.
Sang panglima dengan sigap memberi penawaran pada Roro untuk menjadi selirnya dan tinggal di Mataram.
Namun, Roro Mendut dengan tegas menolak lamaran sang panglima perang Tumenggung Wiraguna.
Panglima terus berusaha membujuk Roro dengan memberi penawaran yang menarik.
Dengan tegas dan lantang Roro menolak dan menyatakan bahwa dia memiliki kekasih.
Sikap Roro yang keras kepala dan teguh pendirian ini membuat sang Panglima murka sehingga dia mengancamnya.
[su_note]”Baik jika kamu menolak menjadi selirku! Ada syarat yang harus kamu penuhi karena menolak lamaranku! Seluruh upeti Adipati Pargolo II yang tidak di bayar, harus kamu bayar! Apa kamu sanggup membayarnya!”. Sahut panglima dengan nada keras!.
Roro Mendut tidak takut dengan ancaman sang panglima. Dia berkata:
“Aku sama sekali tidak takut dengan ancamanmu! Akan aku bayar upeti Adipati yang menunggak! Tapi kamu harus menjauh dariku dan jangan muncul lagi di depanku lagi! Aku tidak sudi melihatmu!”. Jawab Roro sambil membentak.
“Baik jika itu pilihanmu! Selama belum lunas, kamu harus tinggal denganku di Keraton Mataram”. Jawab Tumenggung Wiraguna.[/su_note]
Akhirnya Roro Mendut tinggal di Keraton Mataram dengan di jaga pengawal Tumenggung dan dayangnya.
Di dalam istana, Roro bertemu dengan dua selir Tumenggung Wiraguna yang lain yaitu Nyai Ajeng dan Putri Arumardi.
Roro Mendut Menjual Rokok
Kekasih Roro memang kaya raya, sehingga bisa saja dia mendapatkan uang dengan mudah ketika meminta pada kekasihnya.
Namun Roro memiliki pendirian untuk menyelesaikan semuanya sendiri tanpa merepotkan siapapun.
Demi membayar upeti Kadipaten Pati yang di bebankan ke dirinya, dia menjual rokok tembakau.
Roro menawarkan dagangannya kepada setiap orang yang dia temui. Beruntungnya dia, karena rokok yang di jual laris manis.
Banyak orang yang membeli jualan Roro karena terpesona oleh kecantikannya. Bahkan para pria rela membayar rokok bekas isapan Roro Mendut.
Pada suatu hari, Pronocitro kekasih Roro datang menemuinya. Dia membawakan uang agar Roro membayar upeti yang di bebankan padanya.
Namun, Roro menolak bantuan dari kekasihnya. Dia beralasan tidak ingin merepotkan kekasihnya.
Karena menolak bantuannya, Pranacitra kemudian memikirkan jalan keluar agar kekasihnya bisa keluar dari Keraton Mataram.
Rara Mendut mencoba minta bantuan kepada selir Tumenggung dan mengatakan bahwa dia ingin keluar dari Keraton Mataram.
[su_note]”Nyai Ajeng, Putri Arumardi, aku ingin meminta bantuan pada kalian. Sebenarnya aku sudah menolak lamaran Tumenggung karena aku sudah memiliki kekasih. Aku ingin keluar dari istana ini, namun tidak tahu caranya”. Ucap Roro pada kedua selir Tumenggung.[/su_note]
Mendengar hal tersebut, Nyai Ajeng dan putri Arumardi mendukung keputusan Roro untuk keluar istana.
Mereka juga memikirkan cara agar Roro lepas dari pengawasan para pengawal Tumenggung Wiraguna.
Dan sebenarnya mereka tidak setuju jika Tumenggung hendak memiliki selir baru.
Rencana Kabur dari Mataram
Setelah berpikir, akhirnya Nyai Ajeng dan Putri Arumardi menemukan ide.
Mereka merencanakan untuk membuat keributan di malam hari. Tujuannya agar para pengawal lengah dalam pengawasannya.
[su_note]”Roro di malam hari, aku dan Nyai Ajeng akan membuat keributan yang cukup besar. Kamu hanya perlu kabur ketika pengawal fokus untuk melerai kami. Minta kekasihmu untuk berada di luar istana, sehingga ada yang menjagamu di luar istana”. Ucap Putri Arumardi.
“Baik Nyai dan Putri, aku akan segera memberi tahu rencana ini pada kekasihku”. Jawab Roro Mendut sambil menangis karena sudah di bantu.[/su_note]
Keesokan harinya, seperti hari biasa Roro keluar istana untuk menjual rokok dan bertemu dengan kekasihnya secara diam-diam.
Sesuai dengan rencana Putri Arumardi, Roro meminta kekasihnya yaitu Pronocitro untuk menunggu di luar istana ketika petang.
Malam hari sudah tiba, rencana akan dilaksanakan. Nyai Ajeng dan Putri Arumardi pura-pura berseteru untuk memperebutkan Panglima Tumenggung Wiraguna.
Ketika keributan terjadi, Roro bergegas kabur melewati pintu belakang untuk bertemu kekasihnya.
Mereka berdua kemudian menuju Desa Teluk Cikal untuk bertemu ayah Roro. Sesampai di Desa Teluk Cikal, Pranacitra berencana menikahi Roro agar tidak ada yang mengganggunya lagi.
Namun rencana mereka berhasil di gagalkan para pengawal Tumenggung. Mereka tertangkap para pengawal yang dari awal sengaja mengikuti mereka diam-diam.
Para pengawal berencana membawa Roro kembali ke Keraton Mataram. Pranacitra yang ada disana berusaha keras untuk melawan para pengawal Tumenggung.
Karena terlalu banyak, Pranacitra gagal melawan para pengawal. Pranacitra kemudian di bawa ke suatu tempat lalu di bunuh oleh pengawal Tumenggung sesuai perintahnya.
Roro Di Paksa Menjadi Selir Tumenggung Wiraguna
Setelah membunuh Pranacitra, Tumenggung memaksa Roro untuk menjadi selirnya. Namun seperti biasa, dengan tegar Roro menolak.
[su_note] “Cuih! Aku tak sudi aku untuk menjadi selirmu! Sampai kapanpun aku tak akan mau menjadi selirmu!”. Ucap Roro sambil meludah di wajah Tumenggung Wiraguna.
“Beraninya kamu melawanku! Apa kamu kira kekasihmu akan kesini dan menyelamatkanmu?”. Ucap Panglima Tumenggung dengan menjambak rambut Roro.
“Tentu saja dia akan datang menyelamatkanku! Bahkan dia tidak ragu untuk membunuhmu jika kamu menyentuhku!”. Jawab Roro dengan tegas dan bersuara lantang.
“Tapi Roro, kamu harus tau bahwa kekasihmu sudah aku bunuh! Itulah hukuman untuk orang keras kepala sepertimu.” Ucap Tumenggung dengan senyuman licik.
“Aku yakin kekasihku masih hidup! Pranacitra akan menyelamatkanku! Aku tak percaya dengan omong kosongmu itu!”. Lawan Roro tanpa rasa takut.
“Jika kamu tidak percaya, aku akan membawamu ke jasad kekasih yang sangat engkau cintai itu”. Ajak Tumenggung.
Roro menerima ajakan Tumenggung. Ketika Roro melihat jasad kekasihnya itu, dia langsung lemas dan jatuh tersungkur.
Dia tidak percaya bahwa kekasihnya sudah meninggal. Roro pun menangis histeris atas kepergian kekasihnya.
“Sudahlah Roro, tidak ada gunanya kamu menangisi kekasihmu yang telah tiada! Kita tinggalkan saja tempat ini dan jadilah selirku! Aku jamin hidupmu akan bahagia”. Ucap Tumenggung sambil tertawa licik.
“Setelah membunuh kekasihku, kamu pikir aku mau menjadi selirmu? Sampai kapanpun, bahkan hingga ajalku tiba aku tidak akan menjadi selirmu! Perbuatan keji ini akan aku laporkan pada Sultan Agung. Tunggu pembalasanku!”. Ancaman Roro Mendut terhadap Tumenggung.
Tumenggung tidak takut dengan ancaman Roro. Dia menyeret Roro yang lemah untuk kembali ke Keraton Mataram.
Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Roro mengambil keris milik Tumenggung yang terselip di celananya.
Saat itu juga Roro mengarahkan kerisnya ke Tumenggung Wiraguna dan berlari ke jasad Pranacitra.
“Kekasihku, kenapa mereka tega sekali membunuhmu? Bagaimana aku bisa hidup jika tanpamu?”. Ucap Roro sambil menangis histeris.[/su_note]
Roro Mendut Bunuh Diri
[su_note] “Roro Mendut, kini kesabaranku sudah habis. Meski harus melukaimu, aku tetap akan membawamu ke Mataram”. Paksa Tumenggung dengan lantang.
“Dari pada aku menjadi selirmu, lebih baik aku mati saja. Keris ini akan menjadi saksi kematianku”. Ucap Roro sambil mengarahkan keris ke perutnya.
“Buang kerisku itu Roro, aku tidak akan memaksamu lagi! Hentikan itu! Tidak ada gunanya kau bunuh diri!”. Bujuk Tumenggung.
Rara Mendut sama sekali tidak mendengarkan bujukan Tumenggung. Dengan cepat dia menusuk perutnya dengan keris milik Tumenggung berulang kali.
“Kekasihku, aku akan menyusulmu, aku hanya ingin bersamamu.” Ucap Roro Mendut di akhir hayatnya.
Roro pun meninggal tepat di samping jasad kekasihnya. Tumenggung yang melihat peristiwa itu menyesali perbuatannya.
“Ya Tuhan, maafkan aku. Jika saja aku tidak memaksanya untuk menjadi selirku, kejadian ini tidak akan terjadi”. Sesal Tumenggung sambil menitikan air mata.
Untuk menebus kesalahannya, Tumenggung memutuskan untuk mengubur Roro Mendut satu liang lahat dengan kekasihnya yaitu Pranacitra.
“Kisah cinta Roro Mendut dan Pranacitra akan abadi selamanya. Maafkan aku, semoga kalian tenang disana”. Ucap Tumenggung dengan penuh penyesalan.[/su_note]
Baca Juga : √ Cerita Rakyat Aji Saka dalam Bahasa Jawa dan Indonesia
Cerita Rakyat Roro Mendut dalam Bahasa Jawa Singkat
Jaman biyen ing tlatah Kasultanan Mataram sing di pimpin dening Sultan Agung. Ana desa nelayan sing jenenge Teluk Cikal.
Ing desa kasebut ana bocah wadon sing ayu rupane, bocah kuwi anake nelayan sing jenenge Roro Mendut.
Saliyane ayu, Roro di kenal minangka prawan kang teguh ing kapercayan.
Pranyata cah ayu iki wis duwe pacar sing nggantheng saka desa seberang.
Kekasihe Roro jenenge Pranacitra, putrane Nyai Singabarong sing sugih.
Sanadyan wis duwe pacar, isih akeh priya kang ngupaya ngrebut atine Roro. Malah akeh wong lanang sing nglamar Roro.
Nanging Roro kanthi teges nolak lamaran wong lanang sing seneng karo dheweke.
Roro ngomong kanthi banter yen dheweke wis duwe pacar lan nutup atine kanggo wong lanang liya.
Roro Mendut Dilamar Adipati Pragolo II
Wektu lumaku, kaendahane Roro Mendut keprungu dening Panguwasa Kadipaten Pati.
Panguwasa Kadipaten Pati asmane Adipati Pragolo II, dheweke duwe rencana arep ndadekake Roro selire.
Tanpa mbuwang wektu, Adipati langsung nglamar dheweke. Nanging, Roro kanthi tegas nolak panguwasa Kadipaten Pati.
Rara Mendut tetep setya marang pacare sing nggantheng. Sanadyan wis di lamar dening panguwasa, dheweke tetep ora kasengsem.
Adipati ora nyerah, dheweke terus teka menyang omage Rara kanggo mbujuk dheweke supaya dadi selir.
Nanging Rara Mendut uga bola-bali nolak lamarane Adipati.
Adipati Pragolo II Mutusake Nyulik Roro Mendut
Nganti sawijining dina, Pranacitra yaiku kekasihe Rara jengkel amarga Sang Adipati tansah ngganggu pacare.
Tanpa wedi, Pranacitra banter nantang Adipati supaya perang karo dheweke.
Adipati nesu karo tantangane Pranacitra lan njaluk pengawale nyulik Roro Mendut.
Esuk-esuk nalika Roro kang ayu lagi njemur iwak asin, pengawale Sang Adipati teka.
Pengawale mekso Roro ben melu dheweke menyang Kadipaten Pati. Kanthi ora sopan, tangane Roro di tarik pengawale Adipati.
Ana Keributan ing Kadipaten Pati
Nalika ana ing Kraton, Roro di kurung ing Puri Kadipaten Pati. Ing kono Roro di jaga dayang-dayang sing jenenge Genduk Duku lan Ni Semangka.
Nalika Roro lagi di pingit, ana geger ing Kadipaten Pati. Sultan Agung nuduh Adipati Pragolo II minangka pemberontak.
Alasane amarga Adipati ora mbayar pajeg utawa upeti marang Kasultanan Mataram. Sahingga Sultan Agung nyerang panguwasa Kadipaten Pati.
Nanging Sultan Agung ora bisa nyerang Adipati Pragolo II amarga nganggo klambi waja utawa kere waja.
Klambi waja Adipati di kenal ampuh amarga bisa nyangkal kabeh serangan saka gaman apa wae.
Ki Nayadarma, abdi dalem sing mayungi Sultan kang weruh kahanan kasebut langsung jupuk tindakan.
[su_note]”Gusti Prabu, izinaken kula ngadhepi Adipati Pragolo II. Ngadhepi Adipati mboten gampang amarga Adipati ngagem kere waja”. Panyuwune Ki Nayadarma marang Sultan Agung.
“Inggih Ki, tulungi kula supados saged ngalahake pemberontak menika”. Wangsulane Sultan.[/su_note]
Nganggo tombak pusaka Baru Klinting, Ki Nayadarma nyerang Adipati Pragolo II.
Nanging Sang Adipati isih bisa ngendhegake serangane Ki Nayadarma.
Nalika Adipati Pragolo II ora waspada, Ki Nayadarma cepet-cepet nyerang perangan awak Adipati sing ora di lindhungi kere waja.
Ki Nayadarma nyerang Adipati nggunakake tombak pusaka Baru Klinting. Nalika semana Adipati Pragolo II seda ing tangane Ki Nayadarma.
Roro Mendut Arep Didadeake Selir Tumenggung Wiraguna
Sawise perang antara Kraton Mataram lan Kadipaten Pati sing garakne Adipati Pragolo II seda.
Prajurit Mataram langsung ngrebut barang-barang Kadipaten Pati kanthi nggoleki kabeh hartae. Prajurit kasebut di prentah dening Panglima Kraton Mataram yaiku Tumenggung Wiraguna.
Nalika nggoleki hartae Kadipaten Pati sing di pimpin Tumenggung Wiraguna. Ing Puri Kadipaten nemokake bocah kang ayu banghet yaiku Roro Mendut.
Sanalika iku panglima langsung tresna marang Roro. Nanging Roro Mendut kanthi tegas nolak lamarane panglima Tumenggung Wiraguna.
Panglima terus nyoba mbujuk Roro kanthi menehi tawaran sing menarik. Kanthi tegas lan banter Roro nolak lamarane lan nyatakake yen dheweke wis duwe pacar.
Sikape Roro sing nekad lan teguh ndadeaken panglima nesu lan ngancam dheweke.
Roro Mendut ora wedhi marang ancamane panglima. Iki ndadeake Tumenggung tambah nesu lan ngelimpahe upeti sing durung di bayar Adipati marang Roro.
Roro setuju ngelunasi upeti sing durung di bayar Adipati merga dheweke ora gelem dadi selir Tumenggung.
Sawise kesepakatan kasebut, Roro Mendut manggon ing Keraton Mataram lan di jaga pengawale Tumenggung.
Dheweke iso metu saka Keraton Mataram sawise ngelunasi upeti sing durung di bayar Adipati Pragolo II.
Ing Keraton Mataram kasebut Roro ketemu marang selire Tumenggung yaiku Nyai Ajeng lan Putri Arumardi.
Roro Mendut Dodol Rokok
Kekasihe Roro pancen sugih banget, mula dheweke gampang golek duwit yen jaluk marang kekasihe.
Nanging Roro sing teguh pendirian kanggo ngerampungake masalahe ora kepingin ngerepoti sapa wae.
Kanggo bayar upeti sing di tanggung Roro, dheweke dodol rokok tembakau.
Roro nawakake dagangane marang sapa wae sing di temoni. Untunge Roro, dodolan rokoke laris banghet.
Akeh wong sing tuku dodolane Roro amarga kesengsem karo kaendahane. Malah wong lanang gelem bayar rokok bekase Roro Mendut.
Ing sawijining dina, Pranacitra kekasihe Roro ketemu Roro. Dheweke nggawa duwit supaya Roro iso mbayar upeti sing di tanggung dheweke.
Nanging Roro ora gelem lan nolak bantuan saka kekasihe. Jarene ora gelem ngerepoti kekasihe.
Amarga ora gelem di tulungi, Pranacitra banjur mikir piye carane supaya kekasihe iso metu saka Kraton Mataram.
Rara Mendut nyoba jaluk tulung marang selire Tumenggung lan kandha yen dheweke arep metu saka Kraton Mataram.
Kerungu kuwi, Nyai Ajeng lan Putri Arumardi dukung keputusane Roro metu saka Kraton,
Dheweke uga mikir cara supaya Roro iso metu saka Kraton lan ora ana sing weruh.
Sejatine selir-selire Tumenggung ora setuju yen Tumenggung duwe selir anyar.
Roro Arep Metu Saking Kraton Mataram
Sawise mikir, akhire Nyai Ajeng lan Putri Arumardi nemu ide. Dheweke duwe rencana nggawe ribut ing wayah wengi.
Tujuane ben pengawale Tumenggung ora fokus lan Roro iso kabur saka lawang mburi.
Esuke kaya biasane Roro metu saka Kraton kanggo dodolan rokok lan ketemu kekasihe.
Kaya rancangane Nyai Ajeng lan Putri Arumardi, Roro ngajak kekasihe yaiku Pranacitra ngenteni ing njaba Kraton wayah sore.
Sore wis teka, rencana bakale di tindakake. Nyai Ajeng lan Putri Arumardi gawe saisi kraton ruwet. Selir-selire tumenggung ethok-ethok rebutan Tumenggung.
Bareng keributan kasebut, Roro mlayu liwat lawang mburi lan ketemu kekasihe.
Wong loro mau banjur menyang Desa Teluk Cikal, Pranacitra duwe rencana yen arep rabi karo Roro supaya ora ana sing nganggu maneh.
Nanging rencanane kasil di gagalake dening pengawale Tumenggung.
Wong loro mau di cekel pengawal sing teka awal wis ngetutake dheweke.
Para pengawal mau arep nggowo Roro bali menyang Kraton Mataram. Pranacitra sing ana ning kunu nglawan pengawale Tumenggung.
Amarga pengawale akeh, Pranacitra ora kasil nglawan. Pranacitra banjur di gawa menyang panggon sepi lan di pateni pengawale Tumenggung.
Tumenggung Wiraguna Meksa Roro Dadi Selire
Sawise mateni Pranacitra, Tumenggung Wiraguna meksa Roro dadi selire. Nanging kaya biasane Roro ora gelem.
Tumenggung ngomong marang Roro yen percuma nolak tawarane. Amarga wis ora ono sing bakal nulung Roro.
Roro isih durung ngerti yen Pranacitra wis mati. Tumenggung wis ngomong marang Roro yen kekasihe mati, nanging Roro ora percoyo.
Akhire Roro di ajak menyang panggon Pranacitra dipateni. Nalika Roro weruh jasadee kekasihe, dheweke langsung tibo lemes.
Dheweke ora percaya yen pacare wis mati. Roro nangis histeris amarga kekasihe wis ora ana ing dunya.
Ing ngarep jasade Pranacitra, Tumenggung Wiraguna isih mekso Roro supaya dadi bojone. Nanging Roro ora gelem lan ngancam Tumenggung yen bakale di laporake marang Sultan Agung.
Tumenggung ora wedi marang ancamane Roro. Dheweke nyeret Roro sing lemes kuwi menyang Kraton Mataram.
Kanthi sisa tenagae, Roro sigap njupuk kerise Tumenggung sing ana ing celonone.
Saknalika iku Roro ngarahake kerise marang Tumenggung Wiraguna banjur mlayu menyang jasade Pranacitra.
[su_note]”Roro Mendut, saiki sabarku wis entek. Senajan kudu nglarani kowe, aku tetep bakal nggawa kowe menyang Mataram”. Ujare Tumenggung kanthi meksa Roro.
“Tinimbang aku dadi selirmu, luwih becik yen aku mati wae. Keris iki bakal dadi saksine aku mati.” Jawabe Roro sinambi ngarahake keris menyang wetenge.
“Singkirake keris kuwi Roro! Aku ora bakal meksa kowe maneh! Mandheg! Ora ana gunane bunur diri!”. bujuk Tumenggung.
Rara Mendut ora ngrungokake pambujuke Tumenggung. Dheweke cepet-cepet nyuduk wetenge ngangg kerise Tumenggung.
“Kekasihku, aku bakal nyusul sampeyan, aku mung kepingin karo sampeyan Pranacitra”. Ujare Roro Mendut ing pungkasane uripe.
Roro ninggalake donya ing jejere jasade Pranacitra. Tumenggung sing weruh kedadean iku getun marang tumindake.
“Duh gusti, nyuwun pangapunten. Yen aku ora meksa dheweke dadi selir, ora bakal ana kedadeyan iki”.
Tumenggung getun sinambi nangis. Kanggo nebus kesalahane, Tumenggung mutusake ngubur Roro Mendut ing kuburan sing padha karo kekasihe yaiku Pranacitra.
“Cerita katresnane Roro Mendut lan Pranacitra bakal langgeng lan di kenang. Muga sakabehane padha ayem trentem ing kana”. Kandhanane Tumenggung kanthi getun.[/su_note]
Penutupan
Cerita rakyat roro mendut berasal dari Jawa Tengah dan menjadi legenda di daerah tersebut.
Dari cerita di atas ada beberapa pesan moral yang dapat kita petik.
Salah satunya adalah kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada orang lain. Sebab jika memaksa, pasti ada pihak yang menjadi korban.
Seperti tindakan Tumenggung Wiraguna yang selalu memaksa Roro untuk menjadi selirnya. Hal ini membuat Roro frustasi hingga memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Selain itu, kisah Roro Mendut dan Pranacitra menjadi kisah cinta yang abadi dimana keduanya sangat menjunjung nilai kesetiaan dalam memperjuangkan cinta.
Keduanya saling mencintai dan menghadapi rintangan bersama sampai akhir hayatnya.