Upacara Adat Bangka Belitung – Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari macam macam suku dan memiliki berbagai macam kebudayaan.
Kekayaan budaya bangsa Indonesia tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki ciri khas dan ragam kebudayaan yang berbeda. Hali ini menunjukkan identitas dan ciri khas dari masing-masing daerah.
Tradisi adat dan kebudayaan umumnya sudah mengakar kuat dalam praktik kehidupan masyarakat daerah setempat yang merupakan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
Begitu juga dengan kebudayaan yang ada di propinsi Bangka Belitung. Provinsi Bangka Belitung terdiri dari dua pulau yaitu pulau Bangka dan pulau Belitung.
Nah, salah satu hasil kebudayaan yang menarik di Bangka Belitung adalah upacara adat. Lalu apa saja upacara adat khas provinsi Kepulauan Bangka Belitung? Berikut ulasannya!
Mengenal Kepulauan Bangka Belitung
Bangka Belitung adalah nama sebuah provinsi di Indonesia. Bangka Belitung terdiri dari dua pulau utama, yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Selain itu, Bagka Belitung terdiri dari pulau-pulau kecil lainnya seperti pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Mendanau, Pulau Selat Nasik.
Letak Bangka Belitung yaitu di bagian timur Pulau Sumatera, dan berdekatan dengan Provinsi Sumatera Selatan. Selama ini, Bangka Belitung terkenal sebagai daerah penghasil timah dan terkenal karena memiliki macam macam pantai yang indah.
Ibu kota Provinsi Bangka Belitung adalah Pangkal Pinang. Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari 2001.
Sebelumnya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Namun, menjadi Provinsi sendiri pada tahun 2000 yang bersamaan dengan Provinsi Banten dan Provinsi Gorontalo bersamaan dengan Provinsi Banten dan Provinsi Gorontalo.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 November 2000 yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang.
Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kabupaten yaitu Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan dan Kabupaten Belitung Timur.
Provinsi Bangka Belitung merupakan pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan.
Baca Juga : Senjata Tradisional Bangka Belitung
Pengertian Upacara Adat
Secara etimologi, upacara adat berasal dari dua kata yaitu upacara dan adat. Definisi upacara adalah rangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki aturan sesuai dari tujuan kegiatan tersebut.
Sedangkan definisi adat adalah wujud dari kebudayaan yang berfungsi sebagai aturan dalam mengatur tingkah laku. Pengertian adat juga merupakan kebiasaan yang bersifat magis religius dari suatu penduduk asli yang meliputi kebudayaan, norma dan aturan yang saling berkaitan.
Fungsi Upacara Adat
Upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat, tanpa terkecuali warga Bangka Belitung bertujuan agar mendapat keselamatan. Sedangkan fungsi sosial dari upacara adat adalah sebagai pengendali sosial serta pengelompok sosial.
Menurut seorang antropologi agama Clifford Geerts, upacara tradisional masyarakat Indonesia berfungsi sebagai pengintegrasian antara etos dan pandangan hidup.
Etos dalam upacara adat berupa sistem nilai budaya, sedangkan pandangan hidup yang dimaksud adalah konsep dari masyarakat yang menyangkut dirinya, alam sekitar dan segala sesuatu yang berada dalam lingkungan sekitarnya.
Kebudayaan dan Adat Istiadat Bangka Belitung
Bangka Belitung selama ini dikenal dengan keindahan pantainya, namun bukan hanya itu saja, Bangka juga memiliki keragaman budaya. Kebudayaan Bangka Belitung mulai dari budaya lokal hingga budaya yang dibawa oleh para pendatang.
Keragaman Budaya Bangka inilah yang menjadi aset penting untuk mengembangkan pariwisata Bangka.
Dalam perkembangan kebudayaan Bangka Belitung yang latar belakang masyarakat Bangka sebagian besar nelayan, juga ikut serta dalam mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal.
Meskipun pola hidup masyarakat Bangka mulai bergeser, namun kebudayaan lokal yang mengandung unsur nelayan masih kental dalam mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakat Bangka.
Seperti contoh, ada dua budaya lokal Bangka yang ikut serta mewarnai kebudayaan Bangka Belitung seperti upacara adat rebo kasan dan upacara adat buah jong.
Macam Macam Upacara Adat Bangka Belitung
Tradisi adat yang berupa upacara adat merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Setiap upacara adat yang dilaksanakan di berbagai daerah-daerah Indonesia bukan masalah pribadi yang biasa dipimpin oleh tetua adat, tetapi tanggung jawa seluruh masyarakat yang terikat dalam adat tersebut.
Salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan Bangka Belitung yang berupa upacara adat, paling tidak yaitu dengan menambah wawasan. Berikut macam macam upacara adat Bangka Belitung:
Upacara Adat Nujuh Jerami
Upacara adat nujuh jerami adalah upacara peringatan yang dilakukan oleh warga daerag Lom di Dusun Air Abik dan Dusun Pejam yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Biasanya tradisi adat Bangka ini dilakukan pada bulan purnama jika mengikuti kalender Cina atau setiap bulan April kalender masehi.
Ritual adat bangka yang dilakukan yaitu warga adat yang tinggal di pemukiman luar maupun pedalaman hutan adalah bentuk rasa syukur atas hasil panen.
Sejarah Upacara Adat Nujuh Jerami
Berdasarkan kisah yang disampaikan tokoh adat Bangka Belitung, adat istiadat ini sudah dimulai sejak zaman nenek moyang.
Salah satu leluhur dari tokoh adat Bangka Belitung ini bermimpi agar mengorbankan anaknya sebagai tumbal untuk dibuang ke daratan dan lautan.
Nah, tumbal yang dibuang ke laut diyakini masyarakat Bangka menjelma sebagai ikan.
Sedangkan tumbah yang dibuang ke laut diyakini masyarakat Bangka menjadi tanaman padi.
Orang Lom atau masyarakat Bangka percaya bahwa ikan dan padi menjadi satu kesatuan.
Dari kisah inilah, para warga Lom melalukan ritual adat Bangka sebagai wujud rasa syukurnya.
Upacara Adat Rebo Kasan
Upaca adat rebo kasan adalah salah satu ritual masyarakat Melayu pesisir pantai yang berasal dari Kabupaten Bangka. Upacara adat ini merupakan akulturasi dari nilai-nilai religius, mitos dan legenda nenek moyang masyarakat Bangka.
Tujuan dari upacara adat rebo kasan yaitu untuk menolak bala (musibah) sekaligus sebagai harapan, agar hasil tangkapan para nelayan melimpah.
Masyarakat Bangka Belitung percaya jika di akhir hari rabu pada bulan shafar, Tuhan menurunkan bencana dari terbit fajar hingga matahari terbenam, baik itu bencana besar maupun bencana kecil.
Sehingga, tradisi adat masyarakat Bangka ketika hari itu yakni melakukan doa bersama dan dilanjutkan dengan pencabutan ketupat lepas sebagai tanda sudah dicabutnya bencana yang kemungkinan akan menimpa masyarakat.
Prosesi ritual ini diawali dnegan pencelupan air minum yang sudah diberi doa oleh tokoh masyarakat Bangka Belitung sebagai simbol untuk mencegah bencana.
Setelah dibacakan doa, ritual masyarakat selanjutnya yaitu oencabutan ketupat lepas yang dibuat oleh orang tertentu. Selanjutnya, acara ritual adat ini diakhiri dengan makan bersama di dalam masjid dengan nampan yang dibawa oleh masing-masing warga Bangka Belitung.
Perkembangan Upacara Adat Rebo Kasan
Seiring perkembangan zaman, proses upacara adat ini berubah dalam pelaksanaannya. Jika pada awalnya, dua helai daun kelapa yang dicabut dari ketupat dihanyutkan ke laut yang merupakan simbol jika bencana dibuang ke laut.
Untuk sekarang, ritual adat ini melakukan proses pencabutan yang artinya tercabutnya bencana dari kehidupan masyarakat.
Perkembangan lainnya dari tradisi adat masyarakat Bangka Belitung lainnya yaitu ritual rebo kasan dilakukan di Pantai Batu Karang Mas. Untuk sekarang, semua ritual adat dilakukan di masjid desa. Dalam proses ritual juga masih dibacakan mantra-mantra, dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa islami.
Keunikan Upacara Adat Rebo Kasan
Keunikan upacara adat ini yaitu para peserta ritual, seluruhnya mengenakan jubah putih kecuali tokoh agama Islam yang menggunakan jubah putih disertai surban dan aparat pemerintah menggunakan seragam dinas.
Ritual Rebo Kasan dilaksanakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Upacara ini dilaksanakan pada setiap hari Rabu terakhir dalam bulan Shafar.
Upacara Adat Maras Tahun
Pada awalnya, upacara adat maras tahun merupakan upacara adat dalam memperingati hasil panen para petani padi di Kepulauan Bangka Belitung.
Namun, dalam perkembangannya berubah. Jenis upacara adat ini bukan hanya untuk memperingati hasil panen padi saja, melainkan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Bangka Belitung baik petani maupun nelayan.
Istilah maras sendiri memiliki arti memotong, sedangkan tahun artinya tahun. Hal ini mengandung makna bahwa masyarakat Bangka Belitung telah meninggalkan tahun lalu dengan ucapan syukur dan berdoa agar ditahun selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Upacara adat Bangka Belitung ini berlangsung selama tiga hari. Sebelum puncak perayaan, masyarakat Bangka Belitung disuguhi berbagai kesenian daerah seperti tari piring khas Minang dan teater Dulmuluk.
Puncak acaranya dibuka dengan lagu tradisional Bangka Belitung dan tari maras taun yang dibawakan oleh dua remaja.
Setelah tari tradisional Bangka Belitung dipentaskan, dilanjutkan dengan acara kesalan. Kesalan adalah ungkapan doa syukur atas panen yang telah dilewati dan permohonan berkah untuk masa depan.
Upacara Adat Mandi Belimau
Upacara adat mandi Belimau merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Bangka Belitung untuk mensucikan diri dalam menyambut bulan ramadhan.
Biasanya tradisi adat ini dilakukan seminggu sebelum bulan ramadhan dan dilaksanakan di pinggir sungai limbung.
Tradisi adat mandi belimau merupakan tradisi turun temurun dai masyarakat Bangka Belitung. Menurut kepercayaan warga Bangka Belitung, tradisi ini pertama dikenalkan pertama kali oleh Depati Bahrein.
Depati Bahrein adalah keturunan dari Kerajaan Mataram, Yogyakarta yang melarikan diri bersama pengawalnya ke Pulau Bangka dari pasukan Belanda.
Sebagai upacara adat yang sakral dan mengandung nilai-nilai penting serta dilakukan turun temurun, jenis upacara adat ini membutuhkan peralatan dan perlengkapan khusus.
Selain menggunakan bahan dan peralatan khusus untuk menentukan sempurna tidaknya upacara adat ini, ada faktor lain yang berpengaruh yaitu tata cara pelaksanaan upacara adat Bangka Belitung.
Upacara Adat Sepintu Sedulang
Sepintu sedulang adalah semboyan dan motto masyarakat Pulau Bangka Belitung yang memiliki makna persatuan dan kesatuan juga gotong royong.
Upacara adat ini dilaksanakan pada waktu pesta kampung dengan membawa dulang (nampan). Dulan tersebut biasanya berisi makanan untuk disantap para tamu atau siapa saja yang berada di masjid.
Acara adat ini lebih dikenal dengan sebutan “Nganggung”, yaitu kegiatan setiap rumah warga Bangka Belitung untuk mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang (nampan).
Upacara Adat Perang Ketupat
Perang ketupat merupakan salah satu ritual adat masyarakat Bangka Belitung. Biasanya upacara adat ini dilaksanakan pada bulan Sya’ban untuk menyambut datangnya bulan ramadhan umat islam.
Makna upacara perang ketupat yaitu untuk memberi makan para makhluk halus yang dipercaya bertempat tinggal di daratan. Menurut kepercayaan masyarakat Bangka, makhluk halu yang menjadi penjaga desa harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.
Keunikan Upacara Adat Perang Ketupan
Hal yang menarik dari upacara adat ini tampak pada kemasan acara adat yang penuh dengan tarian daerah (tari campak, tari serimpang, tari kedidi, tari seramo dan tari komei).
Selain itu, dalam tradisi adat ini juga ada upacara tambahan, seperti upacara penimbongan, nganca dan nganyot perae.
Dalam upacara adat ini pengnjung seakan diajak masuk ke dalam alam mistis ketika secara tiba-tiba para dukun bergantian hilang kesadarannya. Dukun yang satu disadarkan, dukun yang staunya lagi tidak sadar sehingga semua dukun mengalami trance.
Tradisi adat ini memerlukan waktu selama dua hari. Upacara hari pertama dimulai dengan menampilkan beberapa tari tradisional.
Sedangkan pada hari kedua, diisi dengan upacara perang ketupat dimulai dengan menampilkan tari sembiring. Upacara perang ketupat ini akan diakhiri dengan upacara nganyot perae (upacara menghanyutkan perahu mainan dari kayu ke laut).
Upacara Adat Buang Jong
Upacara buang jong merupakan upacara tradisional yang secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat Suku Bangsa Swang di Kabupateng Belitung.
Macam macam upacara adat ini dilakukan menjelang angin musim barat yang berembus pada bulan Agustus sampai November.
Makna dari buang jong dapat berarti membuang atau melepaskan perahu kecil (jong) yang di dalamnya berisi sesajian dan ancak. Ancak adalah replika kerangka rumah-rumahan yang memiliki arti sebagai tempat tinggal.
Dalam ritual adat ini, nelaynan menyampaikan permohonan kepada Tuhan, agar ketika mencari ikan tidak mengalami musibah atau terkena bencana di laut dan menghasilkan pendapatan yang banyak.
Pada awalnya, upacara ini dimulai dengan menggelar acara berasik. Berasik merupakan prosesi mengundang makhluk halus melalui pembacaan doa. Pembacaan doa tersebut dimulai oleh pemuka adat Suku Sewang.
Setelah itu, dilanjut dengan tarian ancak yang dilakukan di hutan. Tarian tradisional ini diiringi dengan alat musik tradisional yaitu gendang yang berpadu dengan gong.
Jenis tarian ini ditujukan untuk mengundang roh halus, terutama roh penguasa lautan agar ikut bergabung dalam ritual adat tersebut.
Jenis tarian lain yang ada dalam proses upacara daerah ini adalah tari sambang tali. Tarian tradisional ini dimainkan oleh beberapa pria yang berkelompok.
Selanjutnya, upacara tradisional ini dilanjutkan dengan ritual numpak duyung, yaitu mengikatkan tali pada sebuah pangkal tombak sambil dibacakan mantra.
Penutupan
Demikianlah materi mengenai upacara adat Bangka Belitung, semoga dengan adanya informasi kita semakin menambah pengetahuan kita mengenai salah satu warisan budaya yang berupa tradisi adat.
Ternyata suatu daerah memiliki adat istiadat yang beranekaragam jenisnya, antara daerah yang satu dengan yang lain berbeda. Hal ini terjadi akibat pengaruh dari budaya yang berasal dari luar daerah atau berasal dari kepercayaan masing-masing setiap daerah.
Jangan lupa baca juga upacara adat Bali.
Terimakasih sudah berkunjung ke website kita:)