Wisata Museum Kambang Putih Tuban, Sejarah dan Lokasi !!

Wisata Museum Kambang Putih Tuban – Sampai saat ini Tuban dikenal dengan sebutan Bumiwali.

Bukan tanpa alasan, karena Tuban pernah menjadi salah satu kota di Jawa yang kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam. Sejarah asal usul Kerajaan Majapahit juga berasal dari Tuban.

Tentara Mongolia mendarat di Jawa di pantai utara Tuban dan kembali ke Cina setelah dikalahkan oleh tentara Raden Vijay.

Nama lama Tuban adalah Kambang Putih, terdapat dalam prasasti Kambang Putih (1050) terbitan Raja Sri Mapanji Garasakan.

Kambang Putih telah menjadi pelabuhan yang ramai setidaknya sejak awal abad ke-11, berfungsi sebagai tempat perdagangan perdagangan antar pulau dan antar daratan.

Banyak sekali wisata religi, ternyata Tuban memiliki tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi yaitu museum.

Museum wisata kambang putih tuban merupakan satu-satunya museum di Bumi Ranggalawe. Museum ini awalnya didirikan pada tahun 1984 di dalam kompleks Pendopo Krido Manunggal.

Demi kenyamanan mengunjungi dan memperkenalkan museum kepada masyarakat, pada tahun 1996 museum dipindahkan ke lokasi yang lebih strategis, yaitu di sebelah barat daya Alun-alun Tuban, bersebelahan dengan Keramat Sunan Bonan.

kambang putih museum memiliki berbagai macam koleksi mulai dari koleksi arkeologi, biologi (1), etnografi (2), keramik (3) hingga numismatik (4).

Ruang Prasejarah Museum Kambang Putih

Barang-barang yang ada di Museum Kambang Putih sebagian besar adalah peralatan laut yang diambil dari dasar laut khususnya Pantai Boom.

Museum Biologi Prasejarah berisi fosil gajah purba, fosil tanduk kerbau, fosil tulang manusia, fosil kerang, fosil tanduk badak, fosil keong, fosil kayu, dll.

Fosil cula badak purba yang berusia sekitar 300.000 tahun lalu telah ditemukan di distrik Jenu.

Namun, terjadi perubahan kimia dan proses silisifikasi, ternyata cutin menjadi SiO2 (silikon dioksida) dan membatu. Ada juga beberapa fosil lain, seperti kerang, dll.

Ada juga informasi berupa peta gambar lengkap Kabupaten Tuban dari Dinas Pertambangan. Ada juga sampel mineral dalam botol kaca.

Mineral tersebut antara lain batugamping, lempung, dolomit, batugamping, fosfat, silika, kalsit, lempung bola dan minyak mentah dari sumur tua.

Peralatan Masa Lampau di Museum

Di ruang depan yang bersebelahan dengan area pendaftaran juga dikumpulkan beberapa peralatan lama yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, seperti:

1. Nekara di Museum Kambang Putih

Terbuat dari perunggu, dengan tinggi 17,5 cm dan berat 1,33 kg ditemukan di Desa Goatrus, Distrik Menton.

Nekara berukuran besar digunakan sebagai alat ritual pada Zaman Perunggu (perundagian) sejak sekitar 500 SM. Pada saat yang sama, nekara kecil digunakan sebagai media ritual hujan dan juga sangat dihargai untuk mahar dan benda pemakaman.

Bunyi nekara yang dipukul merupakan perintah magis yang dipercaya dapat memberikan kekuatan dan keamanan dalam pertempuran.

Nekara juga dimainkan di pemakaman dan pernikahan. Nekara juga ditemukan, yang digunakan sebagai peti mati saat penguburan.

2. Kapak Persegi di Museum Kambang Putih

Ini adalah produk teknologi pertanian (Neolitik) dan digunakan sebagai alat berburu dan bertani.

Kapak persegi besar disebut cangkul. Kapak persegi berpunggung tinggi disebut Belincung, dan kapak persegi berpunggung besar disebut beliung.

3. Kapak Corong di Museum Kambang Putih

Ini adalah produk budaya Zaman Logam (Perunggu) yang berasal dari ±500 SM. Bagian atas kapak ini berbentuk corong terbuka yang di dalamnya disisipkan batang kayu yang miring ke bidang kapak sebagai pegangan.

Kapak ini sering disebut kapak sepatu karena kemiripannya dengan kaki manusia. Kapak corong digunakan sebagai alat upacara.

Koleksi Arkeologika di Museum

Lanjutkan dari ruang depan ke ruang di sebelah kanan. Di ruang sebelah terdapat koleksi arkeologi bertema peninggalan Hindu-Buddha, antara lain: 

1. Altar Pemujaan di Museum Kambang Putih

Berasal dari desa Doromukti dan terbuat dari batu andesit. Bentuknya mirip dengan ukuran dan panjang jerawat, yaitu heksagonal. Terukir angka tahun dalam aksara Jawa 1233 saka di bagian depan.

2. Lingga – Yoni di Museum Kambang Putih

Lingga-Yoni berfungsi sebagai media pemujaan. Umat ​​Hindu percaya bahwa ada tiga macam cahaya di dunia ini, yaitu matahari, petir, dan api.

Ketiga unsur tersebut kemudian dijadikan dasar pembuatan lingga yang terdiri dari tiga bagian yaitu Rudra Harga/Shiwabhaga, Wisnubraga dan Brahma Bhaga.

Aspek utama Lingga melambangkan maskulin (purusa), api, langit dan yoni dengan aspek feminin (prakriti, pradana), bumi, tanah, seperti perkawinan laki-laki dan perempuan mengarah pada pembuahan, kesuburan dan kelahiran baru. hidup Ini adalah penis Arti menggabungkan – yoni.

3. Prasasti Gesikan di Museum Kambang Putih

  • Berasal dari desa Gesikan, kecamatan Grabagan. Tulisan pada prasasti sudah usang dan sulit dibaca. Umumnya prasasti diukir untuk memperingati sebidang tanah atau wilayah yang diidentifikasi sebagai status Sima (tanah didikan).

Struktur prasasti lengkap meliputi:

  • Manggala (Pemujaan Dewa/Raja).
  • Swastika (kalender), identitas orang yang memberi Sima tanah, tempat dan orang yang memberi tanah.
  • Sambadha (alasan dikeluarkannya prasasti), saksi dan hadiah, upacara pengukuhan Sima, berkumpul setelah upacara pengukuhan Sima.
  • Sapatha (kutukan).
  • Citralekha (penulis prasasti).

4. Arca-arca di Museum Kambang Putih

  • Arca Pancuran: Digambarkan duduk bermeditasi dengan tangan terlipat di dada. Patung itu memiliki lubang pancuran di tangannya dan saluran air di belakang patung. Arca ini berada di aula candi sebagai arca pancuran.
  • Arca Mahakala: Dewa Siwa sebagai salah satu perwujudan santo pelindung, memegang gada di sebelah kanan pintu masuk bangunan suci candi. Dalam posisi berdiri dwibhangga, arca dilengkapi dengan atribut berupa mahkota jatamakuta, kepala (tengkorak), kundala (anting), hara (kalung), keyura (pundak) dan ikat pinggang katibandha (ikat pinggang) di bagian tengah.
  • Patung Kaisar Selatan: Patung ini tidak memiliki kepala dan diabadikan pada santo pelindung di sisi kiri pintu masuk kuil. Nandi adalah nama Dewa Siwa yang menunggang banteng. Fasilitas hiburan (kendaraan) banyak digunakan untuk menggambarkan karakter dan kekuatan dewa.
  • Patung Ganesha: Patung ini rusak parah. Dewa Ganesha adalah putra Dewa Siwa, yang merupakan penjelmaan kepala gajah, tubuh manusia berperut buncit, duduk di uttkatasana di atas teratai. Dewa berkepala gajah memegang gigi yang patah di tangan kanannya, sehingga disebut juga dewa bergigi satu. Sedangkan tangan kiri memegang laddu, yaitu sepotong daging rusa berbentuk bulat yang dihisap melalui hidung.
  • Buddha yang tak tertandingi
  • Patung Durga

5. Peripih di Museum Kambang Putih

Ini adalah sejenis sarkofagus, yang biasanya ditanam di sumur atau kuil. Isi dan tutup peripihan ini hilang.

Kerang mengandung abu, pasir, logam seperti emas, perak, perunggu, tembaga, dan batu mulia, serta peninggalan. Pripih digunakan untuk memeriahkan pura. Peripih adalah inti dari arsitektur suci candi.

Sebelumnya, peripih dianggap guci yang ditanam di sumur candi. Tidak semua pagar ditanam di sumur, tetapi di tempat lain, seperti dinding dan atap candi.

Jadi tidak ada kaitannya dengan kuburan, melainkan sebagai tempat ibadah.

6. Lumpang di Museum Kambang Putih

Orang Jawa menggunakan alat tradisional untuk menumbuk beras menjadi beras atau menumbuk kopi, biji-bijian seperti jagung, atau bahan makanan seperti tapioka.

Lumpang dan alu batu banyak dijumpai sebagai alat penumbuk di desa-desa Jawa dan telah digunakan sejak zaman prasejarah (megalitik).

Selain alat sehari-hari, lesung sering digunakan sebagai alat untuk ritual sakral.

Ruang Keramik dan Temuan Dari Laut di Museum

Ruang berikutnya adalah koleksi keramik dan temuan bawah laut, termasuk keramik asing, pedang, dan jangkar dari Tiongkok, Thailand, dan Eropa.

Berikut informasi beberapa koleksi ruang tembikar dan temuan bahari di wisata kambang putih tuban park:

1. Piring di Museum Kambang Putih

Lempeng yang sebagian diawetkan ini terbuat dari bebatuan yang ditemukan di dasar laut Tuban. Hidangan ini dibuat di Quanzhou, Provinsi Fujian pada masa Dinasti Ming pada abad ke-14.

Piring ini dilapisi krim dan dihias dengan pola naga sebagai relief. Lingkar puting juga dihiasi sulur-sulur geometris dengan proses garukan.

Ada juga piring seladon. Piring yang ditemukan di dasar laut Tuban itu dibuat di Longquan pada masa Dinasti Yuan pada abad ke-14.

Sebagai peralatan makan, glasir hijau diaplikasikan di tengah, dan pola burung phoenix (jantan) dan burung kuning (betina) dihias dengan teknologi embossing. 

3. Fu Shen di Museum Kambang Putih

Batu yang diukir dengan kata-kata “Dewa Keberuntungan” adalah bagian dari struktur makam nasional Tiongkok. Kondisi tidak lengkap, patah di tengah.

4. Guci di Museum Kambang Putih

Sekitar abad ke-13 M, tempayan bertelinga empat masuk ke Indonesia bersama orang Tionghoa yang datang ke Jawa untuk berdagang.

Di kapal, toples besar ini sering digunakan sebagai wadah garam, air, atau mentega. Guci yang digunakan sebagai wadah garam sering dianggap membawa keberuntungan karena bisa digunakan untuk menyimpan makanan.

Aneka guci yang relatif kecil biasanya didatangkan para pedagang Tionghoa untuk ditukar dengan rempah-rempah.

Selain itu juga sering digunakan sebagai wadah obat tradisional yang terbuat dari tumbuhan kering.

5. Pedang Pasukan Mongol di Museum Kambang Putih

Pedang besi itu ditemukan pada Juni 2010 di dasar laut lepas pantai Tuban di depan Hotel Purnama (Laut Jawa) saat Pertamina sedang melakukan pengeboran pipa.

Kondisi pedang yang mengalami korosi parah bercampur material dan kehidupan laut, membuat besi menjadi rapuh dan tidak mampu mengawetkannya.

Pedang-pedang ini diperkirakan merupakan senjata yang digunakan oleh Kubilai Khan untuk mengirim pasukan Mongolia melalui Tuban untuk menyerang Kertanegala (Kerajaan Singesali) pada tahun 1293 Masehi.

6. Jangkar di Museum Kambang Putih

Jangkar besar yang ditemukan di Laut Bancar, tingginya 1,82 kaki dengan empat kait di setiap ujungnya.

Jangkar bercincin ini kemudian menjadi jangkar kapal-kapal tentara Mongol yang menyerang Gazari Baru pada tahun 1293.

7. Barongsai di Museum Kambang Putih

Barongsai ini identik dengan tarian khas yang dilakukan masyarakat Tionghoa untuk merayakan tahun baru Imlek.

Tarian semacam ini untuk mengusir hal-hal berbahaya yang mengganggu perjalanan hidup, sehingga umur panjang yang menguntungkan tidak akan terputus dan tersedia setiap saat.

Ruang Islam di Museum Kambang Putih

Sebagai kota pusat penyebaran agama Islam, Museum Kambang Putih wajib memiliki koleksi Islami.

Koleksi ruangan Islami di museum ini antara lain naskah wayang, Al Quran tulisan tangan, tasbih, kalpataru, batu nisan, tempayan, gendang, mimbar, marmer Masjid Agung Tuban, foto, daftar bupati Tuban, dll.

Berikut informasi beberapa koleksi ruang Islam yang ada di Museum Kambang Putih Tuban:

  • Serat Sekar Macapat: Ditulis oleh Mas Kartamidjaja pada tahun 1931. Ini berisi cerita binatang.
  • Naskah Pertunjukan Wayang Purwa Jilid XXIV : Dipersembahkan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII dari Surakarta.
  • Tasbih: Terbuat dari biji pisang pidak kering.
  • Gamparan/Gapyak : Digunakan sebagai alas kaki atau sendal saat musim hujan. Sering digunakan oleh Kyai dan santri untuk pergi ke masjid atau mushola saat musim hujan. 

Kalpataru Kayu di Museum Kambang Putih

Terbuat dari kayu jati, digunakan sebagai tiang atau tumpuan tunggal pendopo rante di kompleks makam Sunan Bonang.

Kayu cakar empat diukir dengan pola berbagai tanaman, hewan dan bangunan suci dari empat agama besar Islam, Hindu, Budha dan Konghucu.

Bahkan animisme dan pemujaan leluhur yang dilambangkan dengan ukiran/patung primitif termasuk dalam Kalpataru.

Bangunan suci empat agama yang terpahat di satu tempat memiliki harapan filosofis menjalin kerukunan dan menjalin kerukunan dan persatuan umat beragama, yang tergambar dalam Pohon Harapan atau Kalpataru.

Semuanya memiliki satu tujuan yaitu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilambangkan dengan tiang yang lurus ke atas.

Pada tanggal 8 Agustus 2014, Beta Analytical Radiocarbon Dating Laboratory di Miami, Florida, USA menggunakan teknologi perhitungan waktu radiokarbon:

AMS (Accelerator Mass Spectrometry) untuk menentukan umur mutlak (definite age) dari 14 pengujian karbon menunjukkan bahwa Kalpataru dibuat pada tahun 1445 sampai 1525.

Ruang Etnografi di Museum Kambang Putih

Koleksi Museum Kambang Putih Tuban merupakan koleksi budaya masyarakat Tuban.

Ruang Etnografi menampung berbagai pola Tubangatik, ongkek, senjata tradisional, peralatan nelayan tradisional, berbagai alat teknik, peralatan dapur tradisional, pakaian tradisional, gamelan, perangkat seni sandur, dll.

Berikut beberapa informasi koleksi dari Ruang Etnografi:

1. Batik Gedog Tuban

Gedog Tuban dikenal dengan kerajinan menenun kain menggunakan gedog dan memiliki banyak pola tradisional menggunakan mereka termasuk konang, ganggeng, owa awil, kijing miring, gunting, rengganis, gringsing, ksatria, bendera bunga waluh, bunga kluwih, lok can dan likasan kotong.

2. Mesin Jahit Kecil

Mesin jahit dengan sistem putaran manual (crank) produksi Jerman dikenal luas di Indonesia pada masa penjajahan sekitar tahun 1920. 

3. Alat untuk Membuat

Peralatan untuk membuat tembikar meliputi:

  • Landasan adalah dasar di mana tembikar terbentuk.
  • Kondensasi dinding tembikar untuk membuat bentuknya halus.
  • Kerikil kecil sering digunakan untuk membuat kendi.
  • Gelang kawat membentuk leher, bibir kapal.
  • Jepit sudut wadah hingga rata.
  • Cetak ubin.

4. Senjata Tradisional

Berbagai senjata tradisional yang ada di Museum Kambang Putih antara lain :

  • Keris Upih Tilam hadir dengan sarung “gaya Surakarta”.
  • Pamor keiri ‘udan mas’.
  • Golok Pusaka.
  • Vesage berbentuk seperti ujung tombak kecil, namun bentuknya tidak proporsional dan unik.
  • Patrem, pedang kuda 5.
  • Tombak “membelah rotan”, dengan bilah terangkat di satu sisi dan sisi rata di sisi lainnya.
  • Kacip adalah alat mirip gunting yang digunakan untuk memotong buah pinang untuk penggelapan, terbuat dari wesi aji. Alat ini tidak lengkap karena ada bagian lain yang hilang.
  • 3 bentuk amulet atau amulet untuk disimpan di saku atau dompet agar aman dari musuh atau saat perang, dengan seizinnya tentunya.

Selain itu, ada pedang Melayu, kapak, pedang dan beberapa alat dan senjata yang digunakan untuk membantu kegiatan berkebun.

5. Wayang Klithik

Wayang tersebut merupakan peninggalan seorang dalang bernama Ki Soemadihardjo di desa Sendangrejo, Kecamatan Parengan, Tuban.

Wayang Klithik disebut juga wayang Krucil, dari kata yang berarti kecil atau agak tipis.

Wayang Klithik adalah wayang pesisir (wayang di luar keraton). Ada yang percaya wayang ini dipopulerkan oleh Pangeran Pekik Surabaya.

6. Gamelan Ruwat di Museum

Gamelan ini terdiri dari empat jenis yaitu bonang, saron, kempul dan gong. Pertunjukan wayang yang digunakan untuk mengiringi upacara ruwatan dilakukan oleh dalang khusus yang ahli dalam bidang ruwatan.

Selain ruwatan, gamelan ini juga digunakan dalam upacara nyadran dan pembersihan desa.

7. Angkle Museum

Nelayan Tuban menggunakan model sandal ini, masing-masing dengan tambahan empat kaki dan seutas tali, saat berburu regenerasi udang (acetes) dan tiram (bivalvia).

Dengan menggunakan penjaga sudut ini, kaki nelayan tidak akan terluka oleh sayatan batu koral yang tajam.

8. Peralatan Nelayan Tradisional

Berbagai cara mencari ikan antara lain: jaring untuk ikan, sendok untuk nener, mata kaki untuk rebon, kepis untuk tekel, dan pancing ulur tangan. 

9. Ongkek Kambang Putih

Wadah atau wadah penjualan legen, minuman tradisional Tuban yang diperoleh dengan memetik bunga dalam bentuk sulur dari pohon Siwalan (borassusflabelifer) atau pohon lontar.

Aksesoris ongkek adalah pikulan, bonjor, centhak, bethek, centhelan bethek, capil, kepis, kolongan, sandal gebang, sabuk otong, pisau deres dan kepek (sarung). Hingga sekitar tahun 1970 masih banyak penjual ongkek legendaris di jalan-jalan atau sekitar desa Tuban. 

Ruang Numismatik di Museum Kambang Putih

Ruangan ini menyimpan koin-koin yang berfungsi sebagai alat tukar pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1816-1942) dan Jepang (1942-1945). Koleksi museum meliputi koin, uang kertas, dan kopen. 

1. Kepeng Cina di Kambang Putih

Ditemukan di Ds. Tambak Boyu di pantai utara Tuban adalah yang tertua dari Kaisar Kaiyuan (713-741) dari Dinasti Tang.

Dengan majunya perdagangan di Dinasti Song, khususnya Jawa yang tenggelam, kepeng Cina mulai menyebar, dan peran perantara Jawa dalam jaringan perdagangan semakin menguat.

Uang yang terbuat dari perunggu ini dibawa oleh orang Cina dan diedarkan di Jawa sebagai mata uang yang sah pada waktu itu sejak abad ke-12, dan lambat laun diterima oleh masyarakat pribumi.

Mereka membawa dan memperkenalkan mata uang yang disebut qianqian dengan lubang persegi di tengahnya.

Di Jawa, sekitar tahun 1349, koin sejenis kopen dibuat dari timah, perak, timah, dan tembaga, yang disebut gobok.

Sekitar tahun 1854, uang kepeng masih digunakan di Sumatera bahkan di Bali digunakan sampai sekarang terutama untuk acara-acara seremonial/upacara. Di Bali dikenal dengan nama Pis Bolong dan di Kalimantan dikenal dengan nama Picis atau Gobang.

2. Uang VOC (Vereenig de Oost Indische Compagnie)

Mata uang VOC atau Hindia Belanda disebut Doit dan di Indonesia disebut Duit. Istilah mata uang berasal dari koin logam yang digunakan dalam perdagangan antara Belanda dan wilayah perbatasan Jerman barat (Kleve dan Geldern) pada abad ke-17 dan ke-18.

Indonesia, serta sebagian Amerika dan Afrika, dulunya milik pemerintah Perusahaan Hindia Timur dan kemudian pemerintah Hindia Belanda. Koin tidak digunakan di Belanda sampai tahun 1854.

3. Uang Kertas

Ketika Belanda diperas oleh Inggris pada abad ke-19. Uang kertas menjadi semakin populer. Salah satu yang terkenal adalah catatan Probolinggo (1810).

Berikut sejarah perkembangan uang kertas Indonesia:

  • 1828: De Javasche Bank didirikan. Bank Belanda pertama di Indonesia
  • 1832 & 1842 : Penerbitan uang kertas tembaga dan tembaga dalam mata uang Gulden.
  • 1873: Uang kertas gaya Indonesia pertama kali beredar dengan gaya Kota Batavia.
  • 1897: De Javasche Bank mengeluarkan uang kertas seri Coen/Nercurius yang berlambang kota Surabaya, Batavia dan Semarang.
  • 1934: Simbol kolonial pada uang kertas diganti dengan nuansa asli.
  • 1942: Jepang menggantikan kolonial Belanda dan menyebarluaskan catatan tandingan.
  • 1943: Jepang mengganti gulden Belanda dengan rupiah Indonesia. 

Selain menampilkan berbagai koleksi untuk mengedukasi pengunjung, Museum Kambang Putih juga menyelenggarakan beberapa acara publik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang budaya, seni, dan aspek lainnya.

Program yang ada seperti studi museum, studi koleksi, lomba menggambar dan cerita Jawa.

Pada November 2020, pameran temporer di Museum Kambang Putih akan bertemakan “Cerita Becak: Dari Dulu Hingga Kini”. Pameran ini berlangsung cukup lama, karena pada tahun 2021 masih berada di dalam museum.

Ruang Pameran adalah ruang terakhir dan ujung dari perjalanan museum. Nah, itulah beberapa ruangan dan koleksi Museum Kambang Putih Tuban.

Sejarah Tuban sangat menarik. Tempat produksi wine ini pernah memiliki pelabuhan internasional, karena berada di Jalur Sutra, dan juga menjadi saksi bisu dari beberapa peristiwa sejarah.

Selain yang tertera di atas, masih ada beberapa koleksi lain yang belum saya detailkan di atas karena pasti lebih menarik untuk mengunjungi museum secara langsung. Jadi jangan lupakan wisata Tuban yang edukatif ini ya gaes!

Tips Wisata di Museum Kambang Putih

  • Tempat parkir untuk kendaraan roda empat lebih sedikit. Jadi sebaiknya memarkir mobil Anda di dekat Masjid Raya Tuban di kawasan Alun-Alun Tuban.
  • Mematuhi aturan dan peraturan museum.
  • Dilarang membawa minuman dan makanan ke dalam gedung museum.
  • Silakan merokok di tempat yang disediakan.
  • Dilarang mengambil foto yang mengandung unsur mistis dan SARA di setting Museum Kereta Api Ambarawa.
  • Jangan membuang sampah sembarangan atau merusak dan mencemari kawasan wisata.

Informasi Museum Kereta Api Ambarawa

  • Lokasi: JL. Kartini No.03, Kutorejo, Kec. Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur 62311 (peta: klik disini)
  • Buka/Tutup: Minggu hingga Kamis (07.00 – 14.00); Jumat (07.00 – 11.00); Sabtu (07.00 – 12.00).
  • HTML : gratis
  • Wisata Sekitar: Makam Kuno Sunan Bonan, Alun-Alun Tuban. 

Note : 

(1) Koleksi hayati (kerangka manusia, tengkorak, hewan dan tumbuhan, baik berupa fosil maupun tidak.

(2) Barang-barang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tetapi digunakan oleh orang dahulu.

(3) Koleksi berupa bejana kaca yang terbuat dari tanah liat yang dibakar.

(4) Barang-barang yang berkaitan dengan uang, seperti uang kertas, koin, token, dan barang-barang terkait lainnya yang telah digunakan dalam peredaran umum.

Nah, mungkin itu tentang informasi wisata kambang putih yang berlokasi dituban Jawa Timur, sekian semoga bermanfaat, Terima Kasih.

Share your love

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *