Upacara Adat Jawa Timur – Provinsi yang memiliki ibu kota Surabaya ini menyimpan banyak rahasia unik yang mengandung makna maupun cerita sejarah tersendiri di dalamnya.
Bahkan memiliki kegiatan yang menjadi tradisi rutin tahunan atau wajib dilaksanakan setelah mengalami kejadian-kejadian tertentu dalam hidupnya.
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan spiritual masyarakat yang diyakini mampu menolak bala, ungkapan syukur maupun karena sudah menjadi kegiatan rutin masyarakat setempat.
Kegiatan spiritual ini memiliki nilai kebudayaan dan sejumlah keunikan yang terdapat di dalam pelaksanaannya.
Kegiatan spiritual tersebut dinamakan dengan upacara adat atau upacara tradisional yang beberapa jenis tetap lestari hingga saat ini, tetapi beberapa lainnya hanya tinggal nama.
Upacara Adat Jawa Timur Beserta Penjelasannya
Lalu, apa saja upacara-upacara adat yang ada di Jawa Timur serta keunikan apa yang terdapat di dalamnya? Simak uraian berikut!
Upacara adat di Jawa Timur memiliki banyak jenis, hal tersebut disesuaikan dengan waktu pengadaan serta tujuan diadakannya upacara tersebut.
Jenis upacara adat yang ada di Jawa Timur antara lain:
[lwptoc skipHeadingLevel=”h2″]
1. Labuh Sesaji
Upacara ini dilakukan pada jumat poh bulan ruwah di telaga Sarangan.
Sebagai ungkapan syukur karena telaga Sarangan dianggap sebagai pembawa kemakmuran.
2. Kasodo
Upacara ini dilaksanakan setiap tahunnya pada bulan purnama dengan melempar sesajen di kawah gunung Bromo.
Upacara ini bertujuan untuk penolak bala dan meminta hasil panen yang melimpah.
3. Kasada
Upacara ini dilaksanakan setiap tahun pada 14-16 bulan Kasada atau saat bulan purnama penuh.
Upacara adat ini diadakan sebagai ungkapan syukur dan memperingati pengorbanan raden Kusuma anak Jaka Seger dan Lara Anteng.
4. Temu Manten Pegon
Berbedakan dengan 3 upacara adat sebelumnya yang dilaksanakan tahunan, upacara temu manten pegon ini merupakan upacara pada saat pernikahan dengan cara mengarak mempelai pria dan wanita.
Masing-masing mempelai dirias terlebih dahulu sebelum diarak keliling desa dan setelah bertemu mereka di arak kembali secara bersama-sama.
5. Tahlilan Kematian
Upacara adat ini merupakan perpaduan tradisi hindu, budha dan islam.
Dalam upacara adat ini dilakukan pengiriman doa untuk orang yang telah meninggal pada hari ke-1, 3, 7, 40, 100, 1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian seseorang.
6. Larung Ari-Ari
Dalam bahasa jawa larung artinya menghanyutkan sehingga upacara adat larung ari-ari berarti menghanyutkan ari-ari bayi yang baru lahir dilengkapi dengan bunga 7 rupa, kendil, kain putih, dan jarum ke laut.
Selama perjalanan akan diiringi oleh dhandhang gula dan dilanjutkan pesta bentuk syukur atas kelahiran bayi tersebut.
7. Nakokake
Nakokake dalam bahasa jawa artinya menanyakan sehingga upacara adat ini bertujuan untuk menanyakan status seorang wanita apakah telah menikah atau belum.
Jika sang wanita menjawab belum maka pihak lelaki dapat meneruskan proses lamarannya dengan mengirimkan wakil-wakil kerumah sang wanita.
8. Peningsetan
Upacara lanjutan dari Nakokake adalah peningsetan yaitu kegiatan ramah tamah yang di lakukan dengan makan bersama kedua keluarga yang telah melakukan Nakokake dan mendapat jawaban bahwa sang wanita belum menikah.
9. Tingkepan
Upacara adat ini dilakukan pada ibu hamil saat usia 7 bulan kandungan dan biasanya dilakukan pada kehamilan anak pertama.
Upacara ini bertujuan sebagai permohonan keselamatan kelahiran si anak.
10. Babaran
Babaran dalam bahasa jawa diartikan sebagai kelahiran sehingga upacara ini adalah bentuk rasa syukur atas kelahiran seorang anak dan keselamatan sang ibu.
11. Sepasaran
Upacara adat ini di lakukan sebagai bentuk syukuran untuk bayi yang telah berusia 5 hari.
12. Pitonan
Upacara ini sebagai bentuk syukuran atas kelahiran anak yang telah berusia tujuh bulan serta bertujuan untuk mendoakan kebaikan pada si bayi.
13. Labuhan Pantai Ngliyep
Upacara ini dilakukan dengan melemparkan sesajen yang berisi aneka makanan lezat ke pantai sebagai bentuk doa permohonan kesehatan untuk para nelayan yang hendak melaut.
14. Tedhak Siten
Upacara ini bertujuan sebagai penolak bala dan memperkenalkan sang anak dengan Bethara Kala yang dipercayai sebagai penjaga tanah agar tidak marah pada si anak.
15. Kebo-Keboan
Upacara ini bertujuan untuk menolak bala pada penyakit dan penolak hama pada padi.
Upacara ini juga sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri serta keyakinan cerita masa lalu bahwa pernah terjadi penderitaan wabah penyakit dan hasil tani yang buruk.
Itu dia seputar keunikan upacara adat yang ada di Jawa Timur.
Walaupun banyak tapi tidak harus semua upacara diadakan saat terjadi beberapa hal.
Misal beberapa upacara bentuk syukur atas kelahiran biasanya masyarakat tidak mengadakan seluruh upacara adat tersebut hanya beberapa yang dianggap amat penting yang diadakan.