Tugas Panitia Sembilan

Tugas Panitia Sembilan – Pada tanggal 1 Juni 1945 dibentuklah sebuah kelompok yang berisi 9 orang oleh ketua BPUPKI, Dr. Radjiman Wedyodiningrat di hari terakhir persidangan BPUPKI yang pertama.

Setelah membentuk kelompok Panitia Sembilan, Radjiman langsung mengarahkan dan memberi tugas kepada mereka. Tugas Panitia Sembilan tentunya sangat penting.

Panitia Sembilan sendiri dibentuk dengan Soekarno sebagai ketua dan Moh. Hatta sebagai wakil. Selain itu ada juga 7 tokoh penting yang ikut berperan dalam kelompok ini. Ada beberapa tujuan dan juga tugas yang dilakukan oleh Panitia Sembilan yang akan dibahas selanjutnya di bawah ini.


Tujuan Dibentuknya Panitia Sembilan Dan Anggota-Anggotanya

Tujuan Dibentuknya Panitia Sembilan Dan Anggota Anggotanya

Pada dasarnya, terbentuknya Panitia Sembilan ini memiliki satu tujuan yang jelas yakni untuk merumuskan dasar negara Indonesia yang kemudian dicantumkan ke dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Ada 9 anggota dalam Panitia Sembilan yakni Ir. Soekarno sebagai ketua, Moh. Hatta sebagai wakil ketua, dan 7 anggota yakni A. Soebardjo, Alexander Andries Maramis, Moh. Yamin, Wahid Hasyim, Agus Salim, Abikusno Cokrosuyoso, dan Abdul Kahar Muzakir.


Tugas-Tugas Panitia Sembilan

Tugas Tugas Panitia Sembilan

Seperti yang sudah disebutkan di atas, para anggota Panitia Sembilan tentunya memiliki tugas yang sangat penting. Mereka telah melaksanakannya dengan sangat baik. Adapun tugas-tugas panitia sembilan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan Saran Dan Usulan Seputar Dasar Negara Baik Secara Tulis Maupun Lisan

Tugas Panitia Sembilan yang pertama yaitu memberi saran dan usulan seputar dasar negara baik secara lisan maupun tertulis. Tugas ini dilakukan secara baik oleh para anggota dan juga memiliki tujuan penting yakni menampung banyak usulan dan ide yang dapat menguatkan dasar negara menjadi lebih dan lebih baik.

2. Bertanggungjawab Tentang Tujuan Panitia Sembilan Dibentuk Yakni Dasar Negara Dalam UUD

Para anggota, terlebih lagi ketua yaitu Ir. Soekarno memiliki tanggung jawab yang besar dalam perumusan dasar negara. Hal ini dikarenakan hanya Panitia Sembilan saja yang memiliki tugas perumusan dasar negara dalam UUD.

3. Menampung Aspirasi Dari Tokoh-Tokoh Nasional Lainnya Dalam Pembentukan Dan Perumusan Dasar Negara

Perumusan dasar negara dilakukan untuk persiapan kemerdekaan Indonesia yang akan datang. Oleh karena itu perumusan ini wajib dilakukan dengan sebaik mungkin agar mendapat kesan baik pada saat pembacaan nanti.

Ditampungnya aspirasi-aspirasi dari para tokoh nasional dapat menjadikan dasar negara menjadi lebih matang karena Panitia Sembilan memiliki banyak aspirasi yang bias dijadikan referensi untuk membuat dasar negara.

4. Merancang Dasar Negara

Tugas Panitia Sembilan yang terakhir adalah membuat dan merancang dasar negara. Hal ini dikarenakan memang tujuan dibentuknya Panita Sembilan yaitu membuat dasar negara dalam UUD. 9 anggota ini yang nantinya menghasilkan Piagam Jakarta.

Baca Juga: Tugas Quality Control


Hasil dari Perundingan Panitia Sembilan

Hasil Dari Perundingan Panitia Sembilan

Setelah melakukan beberapa pertemuan diskusi tentan dasar negra, tepatnya pada 22 Juni Panitia Sembilan berhasil menghasilkan suatu dasar negara yang disebut dengan Piagam Jakarta. Hasil dari Piagam Jakarta ini digunakan sebagai pembuka UUD yakni sebagai berikut ;

(GAMBAR PEMBUKA UUD 1945 DISINI)

Dalam kurun waktu yang relatif singkat para anggota dapat menyelesaikan tugas mereka dan berhasil menciptakan dasar negara yang sangat indah dan baik. Pada setiap bagian pembukaan UUD ini memiliki arti tersendiri yang pastinya akan semakin bermakna pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Hal ini pun tak lepas dari peran banyak tokoh nasional yang ikut memberikan beberapa ide, usulan, atau aspirasi kepada para anggota Panitia Sembilan yang kemudian mereka tampung lalu diskusikan bersama hingga menghasilkan Undang-Undang Dasar 1945 yang terus menjadi pedoman negara hingga akhir kelak.

Peran Panitia Sembilan pun dianggap berhasil karena mampu menghasilkan dasar negara dalam waktu yang lumayan cepat yakni 3 minggu saja. Lalu kemudian Ir. Soekarno menyampaikan hasil dari sidang Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945 yang kemudian dukungan namun tidak semuanya,

Ternyata ada pembenaran pada nomer pertama menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki banyak penduduk dengan 6 agama berbeda. Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Tionghoa. Oleh karenanya, intisari pertama kemudian diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Salah satu tokoh nasional, A.A Maramis, menyampaikan pendapatnya kepada Moh. Hatta mengenai perubahan Undang-Undang Dasar alinea pertama. Lalu kemudian dari Moh. Hatta disampaikan kepada para anggota Panitia Sembilan yang lalu kembali dirundingkan dan didiskusikan mengenai perubahan tersebut.

Baca Juga: Tugas Kpps


Perkembangan Piagam Jakarta

Perkembangan Piagam Jakarta

Piagam Jakarta merupakan suatu dasar negara yang telah disusun dan dirancang dengan sangat baik oleh para Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan ini bisa dibilang sangat sukses meskipun terjadi sedikit perdebatan pada alinea pertama pada UUD.

Sebenarnya, jika alinea pertama dalam UUD tetap dan tidak diubah maka mungkin beberapa wilayah di Indonesia memilih lepas dari Indonesia karena tidak terima dengan intisari UUD. Ada beberapa pertikaian juga yang berlangsung dalam hal perdebatan pas alinea pertama di UUD.

Jika dilihat pada zaman dulu menuju sekarang, Indonesia selalu berpedoman pada ideologi Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki makna “Berbeda-beda tapi tetap satu juga”. Hal ini juga tidaklah lepas dari beberapa tokoh nasional yang masih memikirkan penganut agama lain.

Di zaman dahulu, beberapa bagian wilayah di Indonesia Timur akan pisah dari RI jika Indonesia masih tetap memakai alinea pertama. Lalu seorang tokoh nasional bernama A.A. Maramis mengajukan usulan perubahan kalimat di alinea pertama menjadi “Ketuhanan Yang Esa”. Hal ini dikarenakan kalimat tersebut memiliki sifat yang jauh lebih netral daripada pembuatan alinea pertama.

Baca Juga: Tugas Sekretaris


Keberhasilan Panitia Sembilan Terhadap Tugas Yang Diberikan

Keberhasilan Panitia Sembilan Terhadap Tugas Yang Diberikan

Panitia Sembilan mampu dikatakan sukses dan berhasil ketika diberi tugas untuk merancang dan menyusun dasar negara. Ketanggapan dan ide-ide cemerlang yang dihasilkan setiap perundingan mampu didiskusikan secara baik dan rapi sehingga menghasilkan Piagam Jakarta yang terus bertahan hingga sekarang.

Dr. Radjiman sendiri membentuk kelompok kecil bernama Panitia Sembilan saat hari terakhir pada sidang BPUPKI yang pertama. Dengan melantik dan menjadikan Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil beserta 7 anggota lainnya, dan kurun waktu sekitar 3 minggu mereka dapat menghasilkan alinea pembukaan UUD yang sangat bermakna.

Hal ini tidaklah lepas dengan kerja keras dan perjuangan para tokoh nasional maupun dari dalam kelompok atau dari luar kelompok. Masing-masing anggota Panitia Sembilan dengan sukarela menampung aspirasi atau ide dari masing-masing tokoh nasional yang kemudian di diskusikan kembali lalu dipilah.

Hasilnya terciptalah pembukaan Undang-Undang Dasar yang berlandaskan dengan 5 intisari. Meskipun pada awal penyampaian terjadi beberapa perdebatan antara pemerintah Indonesia dengan warga Indonesia Timur yang disebabkan oleh kalimat pada alinea pertama yang terlalu menjurus ke satu penganut, namun pada akhirnya bias teratasi dengan baik.

Itulah beberapa informasi seputar Panitia Sembilan mulai dari sejarah singkat, tujuan dibentuk, tugas panitia Sembilan, hingga keberhasilan para anggota Panitia Sembilan. Hal ini yang mengharuskan para warga untuk terus berbakti pada negara dan terus mendukung serta melindungi negara dari ancaman luar.

Pengamalan intisari dari UUD juga sangatlah penting. Mengingat Indonesia yang harus berjuang selama ratusan tahun untuk kemerdekaan, para warga Indonesia di masa kini harus terus mengabdi pada negara untuk pertahanan dan keamanan Bersama di dalam Republik tercinta ini.

Scroll to Top