Tarian Adat Aceh – Jika mendengar nama Aceh, kita akan teringat dengan tragedi besar yang menimpa salah satu provinsi dari Negara Indonesia ini.
Kejadian tsunami tersebut memang menimbulkan banyak duka yang mendalam bagi Indonesia khususnya bagi masyarakat Aceh sendiri.
Tapi tahukah kamu bahwa kini sudah banyak tempat pariwisata yang memiliki nilai edukasi terhadap peristiwa tersebut.
Bahkan hal itu menjadi daya tarik tersendiri yang mampu menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke Aceh.
Tarian Adat Aceh Beserta Penjelasannya
Ketika berkunjung ke Aceh kamu akan dimanjakan oleh pemandangan samudra yang luas, makanan tradisional yang menggugah selerah, dan tidak lupa disuguhkan dengan tarian adat khas Aceh.
Masyarakat Aceh sangat terkenal dengan pelestarian budayanya sehingga banyak tarian tradisional Aceh yang masih tetap dapat mempertahankan eksistensinya di tengah pengaruh budaya barat saat ini.
Lalu, apa saja tarian tradisional adat Aceh beserta keunikan yang dimilikinya? Simak pada uraian berikut!
[lwptoc skipHeadingLevel=”h2″]
Tari Saman
Saman merupakan tarian khas suku Gayo dan dahulu digunakan sebagai media persebaran agama islam, tapi pada saat ini tari Saman digunakan sebagai pengisi hiburan.
Tarian ini dapat dimainkan oleh 9 orang penari atau lebih, akan tetapi para penarinya tetap dalam jumlah bilangan ganjil.
Saman dibawakan dengan gerakan klimak dan diikuti tepuk tangan antar pemainnya, pada saat mementaskan tarian ini para penarinya akan menggunakan baju adat khas suku Gayo.
Tari Laweut Aceh (Seudati)
Nama tarian ini berasal dari kata “laweut” yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti pujian atau sholawat untuk nabi Muhammad SAW, hal tersebut tampak dari nyanyian yang dibawakan penyanyinya berisi tentang dakwah.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh 9 orang dimana 8 orang sebagai penari dan 1 orang sebagai penyanyi.
Pada gerakannya, tari Laweut mirip dengan gerakan tari Saman hanya yang membedakan yaitu posisi penari yang berdiri.
Pada tarian ini juga tidak terdapat alat musik pengiring sehingga terkesan sangat sepi pada pementasannya.
Tari Tarek Pukat
Tarian ini menceritakan tentang kegiatan para nelayan yang sedang menangkap ikan, dan membuat jala secara bersama-sama.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh 7 orang penari wanita yang menggunakan pakaian tradisional Aceh dengan membawa jala dipinggangnya.
Dalam tari Tarek Pukat, kita dapat melihat nilai kebersamaan yang melekat sebagai tradisi para nelayan di Aceh.
Tari Bines
Tarian ini merupakan tarian tradisional kabupaten Gayo Lues dan umumnya dibawakan oleh penari wanita yang berjumlah 10 atau lebih tapi dengan jumlah bilangan genap.
Para penari memakai baju lukup, kain sarung seragam, kain pajang, hiasan leher, dan hiasan tangan seperti topong gelang.
Ada aturan unik pada tarian ini dimana para penonton yang ingin memberikan uang kepada penari harus menyelipkan uang tersebut di kepala penari sebagai pengganti bunga bagi penari.
Tari Didong
Nama tarian ini berasal dari kata “didong” yang dalam bahasa Indonesia berarti nyanyian sambil bekerja, hal itu sesuai karena pada penampilannya menggabungkan antara tarian, vocal, dan juga sastra.
Tarian ini diperkenalkan oleh seorang seniman bernama Abdul Khadir To’et.
Pada saat menampilkannya, Didong tidak dilengkapi alat musik sebab para penarinya telah mengeluarkan suara seperti alunan musik pengiring.
Tarian ini sering ditampilkan sebagai hiburan pada saat acara keagamaan.
Tari Rapai Geleng
Tari Rapai Geleng merupakan tarian tradisional yang berasal dari Manggeng dan biasanya dipentaskan oleh para penari pria.
Nama tarian ini berasal dari penggunaan alat musik rapai (rebana) yang dimainkan oleh para penarinya dan juga gerakan tarian yang terlihat seperti sedang menggeleng-geleng.
Dahulu tarian ini digunakan sebagai sarana penyebaran agama islam.
Hal tersebut tampak dari lagu yang mengiringi tarian ini berisi tentang lagu-lagu keagamaan.
Tari Ula-ula Lembing
Walau masyarakat Aceh sangat menjaga kelestarian budayanya, akan tetapi mereka juga tidak luput dengan kebudayaan yang hampir hilang termakan zaman.
Tarian yang hampir punah tersebut adalah tari ula-ula lembing dimana tarian ini sudah jarang ditampilkan bahkan pada penggunaan kerudung setiap penampilan memiliki bentuk yang berbeda-beda.
Walau demikian, Ula-ula Lembing merupakan salah satu tarian tradisional yang bernuansa gembira dan dahulu sering digunakan sebagai hiburan saat ritual adat hingga upacara pernikahan.
Tari Ratoh Duek Aceh (Ratoh Jarue)
Tari tradisional ini biasanya dibawakan oleh 10 orang atau lebih dengan jumlah yang tetap genap dimana 2 orang bertugas menjadi penyanyi dan menggunakan rebana sebagai alat musik pengiringnya.
Tari Pho
Nama tarian ini unik bukan?
Namun, jangan salah kata pho tersebut jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia ternyata merupakan kata penghormatan.
Tari Pho dibawakan oleh para penari perempuan dan dahulu ditarikan sebagai simbol bahwa orang tersebut sedang berduka dan bersedih, akan tetapi sejak masuknya agama islam tarian ini lebih digunakan sebagi media penghibur.
Konon dipercaya bahwa zaman dahulu ada seorang gadis yatim piatu yang sangat cantik diasuh oleh kakak ibunya dan gadis itu saling jatuh cinta dengan anak laki-laki pengasuhnya tersebut hingga menolak seorang pria yang menyukainya.
Karena merasa sakit hati, maka pria tersebut memfitnah gadis itu dan pujaannya telah melakukan zina sehingga mereka dihukum mati dan ibu mereka merasa sangat sedih hingga menari-nari untuk mengekspresikan kesedihannya.
Tari Likok Pulo
Nama tarian ini berasal dari kata “likok” yang berarti gerakan tari dan kata “pulo” yang berarti pulau.
Tarian ini dibawakan oleh 10-12 orang penari yang dilengkapi dengan membawa bambu seukuran telunjuk.
Tari Rateb Meuseukat
Rateb Meuseukat hanya boleh dibawakan oleh penari perempuan saja dengan jumlah minimal 10 dan dapat dibawakan dengan jumlah penari yang tidak terbatas.
Tari Guel
Guel merupakan tarian tradisional suku Gayo dan sering digunakan saat upacara adat.
Tarian ini menceritakan tentang sejarah suku Gayo yang digambarkan dengan gerakan yang dinamis.
Tari Rapai Daboh
Rapai Daboh memiliki keunikan dibandingkan tarian tradisional yang telah dijelaskan sebelumnya.
Tarian ini akan diiringi oleh rebana dan saat rebana ditabuh maka penarinya akan menikam tubuhnya dengan benda tajam tanpa merasakan rasa sakit serta senjata tajam yang digunakan tersebut pun akan menjadi bengkok.
Tari Saman Meuseukat
Saman Meuseukat merupakan tarian tradisional yang berasal dari Aceh Selatan dan biasanya dibawakan oleh 10-12 penari dengan tambahan orang sebagai penyanyi.
Gerakan pada tarian ini diawali dari gerakan yang lambat dan kemudian menjadi gerakan yang cepat.
Tari Meusago
Gerakan pada tari Meusago bertunjuan untuk memunculkan gambaran hidup kebersamaan dan bergotong royong yang terjalin di dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Tari Cangklak
Cangklak biasanya dibawakan oleh penari perempuan yang dilengkapi dengan sapu tangan, kipas atau payung dan ditarikan dengan gerakan yang energik, lembut, dan genit.
Tari Ranub Lampuan
Ranub Lampuan biasanya dibawakan oleh 7 orang penari perempuan dengan membawa cerana berisi sirih dan diiringi dengan seurunee kalee.
Tarian ini biasanya ditampilkan sebagai tarian penyambut kedatangan tamu.
Itulah 17 tarian tradisional adat Aceh yang menarik untuk dipelajari, ada beberapa di antaranya yang sering ditampilkan hingga keluar negeri dan ada juga tarian yang hampir punah akibat termakan oleh perkembangan zaman.
Semua bentuk kebudayaan memang sangat unik dan menarik dimana tidak hanya mengandung nilai kesenian semata tetapi juga memiliki cerita sejarah di dalamnya.